Senin, 07 November 2011

APLIKASI SPSS DALAM PSIKOLOGI

Asal SPSS
Pada 1968, Norman H. Nie, C. Hadlai (Tex) Hull dan Dale H. Bent, tiga orang pemuda dari latar belakang profesional berbeda, memperkembangkan sistem perangkat halus yang berdasarkan gagasan statistika menggunakan untuk mengubah data mentah (RAW) menjadi informasi esensial untuk membuat keputusan. Sistem perangkat halus statistik revolusioner ini disebut SPSS, yang menjadi calon Statistical Package untuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Nie, Hull dan Bent membangun SPSS dari keperluan untuk dengan cepat menganalisa volume data ilmu pengetahuan sosial yang dikumpulkan lewat berbagai metode penelitian. Dilakukan kerja pertama di SPSS di Stanford University dengan maksud untuk membuatnya tersedia hanya untuk konsumsi lokal dan tak ada distribusi internasional. Nie, seorang ilmuwan sosial dan Stanford doktoral calon, mengambil target sasaran dan menetapkan kebutuhan (requirements); Bent, doktoral calon Stanford University pada penelitian pelaksanaan, mempunyai keahlian analisa dan mendesain struktur berkas sistem SPSS; dan Hull, yang baru tamat dari Stanford dengan gelar MBA-nya, memprogram SPSS.

Apa itu SPSS??
SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan pointing dan clicking mouse.

Kelebihan SPSS
1. SPSS mampu mengakses data dari berbagai macam format data yang tersedia seperti dBase, Lotus, Access, text file, spreadsheet, bahkan dapat mengakses database melalui ODBC (Open Data Base Connectivity) sehingga data yang sudah ada, dalam berbagai format, bisa langsung dibaca SPSS untuk dianalisis.
2. SPSS memberi tampilan data yang lebih informative, yaitu menampilkan data sesuai nilainya (menampilkan label data dalam kata-kata) meskipun sebetulnya kita sedang bekerja menggunakan angka-angka (kode data).
3. SPSS memberikan informasi lebih akurat dengan memperlakukan missing data secara tepat, yaitu dengan member kode alasan mengapa terjadi missing data. Misalnya karena pernyataan tidak relevan dengan kondisi responden, pertanyaan tidak dijawab, ataub karena memang pertanyaannya yang harus dilompati.
4. SPSS melakukan analisis yang sama untuk kelompok-kelompok pengamatan yang berbeda secar sekaligus hanya dalam beberapa mouse klik saja. Misalnya mengetahui nilai minimum, maksimum dan rata-rata penjualan per kuartal wilayah penjualan secara bersamaan pada masing-masing kelompok produk, mengetahui hal-hal yang signifikan berpengaruh terhadap volume penjualan (apakah kelompok umur konsumen, tingkat pendidikan, jenis kelamin, besar pengeluran per bulan,dll) pada masing-masing wilayah penjualan
5. SPSS mampu merangkum data dalam format tabel multidimensi, yaitu beberapa field ditabulasikan secara bersamaan. Contohnya tabel persentase jumlah responden dari beberapa kelompok umur terhadap beberapa kategori produk perawatan rambut, table persentase jumlah responden dari beberapa tingkat pendidikan terhadap beberapa partai politik pilihan menurut beberapa wilayah pemilihan umum.

Beberapa istilah popular yang ada dalam SPSS, antara lain :
1. Populasi, Populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi perhatian dalam suatu eksperimen. Contohnya masyarakat miskin di Kabutan Sinjai, populasi bayi gizi buruk di rumah sakit Ibnu Sina Makassar, dan sebagainya. Dari populasi yang telah diobservasi nantinya akan diperoleh suatu karakteristik statistika yang biasa disebut dengan Parameter.
2. Sampel, Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari populasi di mana karakteristiknya akan diselidiki dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi yang menjadi perhatian dalam eksperimen. Karasteristik dari sampel disebut dengan statistic. Contoh sebuah rumah sakit swasta, mengambil sampel bayi dengan berat badan lahir rendah dengan persentase 15 %, 20 %, dan 25 %. Sementara cara pengambilan sampel dari suatu populasi secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu random dan non random.
3. Random, Yang dimaksud dengan pengambilan sampel dari suatu populasi secara random adalah pengambilan di mana setiap objek mempunyai probabilitas sama untuk terpilih. Dengan kata lain, sang peneliti tidak memilih objek tertentu untuk dijadikan sampel dalam eksperimen. Untuk mendapatkan sampel random biasanya dilakukan dengan undian atau menggunakan tabel bilangan random.
4. Non random, Sampel non random adalah cara pengambilan di mana sang peneliti memilih objek tertentu untuk dijadikan sampel. Cara non random ini biasanya disebut dengan sampel tetap (fixed sample). Berkaitan dalam menganalisa dan menarik suatu kesimpulan dari suatu masalah, berdasarkan kegiatan yang dilakukan statistic terbagi menjadi dua bidan, yaitu statistika deskriptif dan statistika induktif.
5. Statistic deskriptif, Merupakan bidang statistika yang mempelajari tentang susunan, penyajian data, yaitu dengan deskripsi atau penggambaran data yang diperoleh. Jadi, dalam statsitika deskriptif membicarakan tentang cara-cara pengumpulan data, menyederhanakan data eksperimen, kemudian mengadakan pengukuran pemusatan dan penyebaran data.
6. Statistika induktif, Merupakan bidan statistika yang mempelajari penarikan kesimpulan yang merupakan generalisasi dari suatu populasi berdasarkan sampelnya. Adapun yang termasuk kegiatan dalam statistika induktif adalah estimasi/perkiraan, peramalan (forecast), uji hipotesis, penghitungan dan uji kemaknaan asosiasi, dan lain sebagainya. Berdasarkan metode yang digunakan statistika induktif sendiri terbagi menjadi dua yaitu statistika parametric dan statistic nonparametric.
7. Statistic parametric, Merupakan bagian statistic induktif yang mempertimbangkan satu atau lebih parameter populasi. Biasanya pada statistic parametric berpijak pada suatu asumsi spesifik populasinya berdistribusi normal, selain itu data berukuran interval.
8. Statistic non parametric, Merupakan bagian dari statistic induktif yang tidak mempertimbangkan nilai parameter populasi. Jadi, analisa data pada statistika nonparametric tidak didasarkan pada asumsi distribusi normal. Biasanya data yang digunakan pada statistika nonparametric berukuran nominal dan ordinal. Baik dalam statistika deskriptif maupun statistika induktif diperlukan adanya ukuran data. Ukuran data yang digunakan pada suatu eksperimen terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio.
9. Nominal, Ukuran data nominal yang merupakan skala pengukuran yang paling sederhana dan digunakan untuk mengkategorikan objek-objek amatan. Kategori ini selanjutnya dinotasikan dengan kata-kata, huruf symbol, ataupun angka. Dengan kata lain, ukuran data nominal yang berasal dari kata Name ini termasuk data kualitatif, yaitu data yang tidak berupa angka melainkan berupa kategori. Misalkan kategori jenis kelamin laki-laki dan perempuan, maka laki-laki diberi notasi angka 1 dan perempuan dengan notasi angka 2.
10. Ordinal, Ukuran data ordinal juga merupakan tipe data kualitatif, perbedaanya dengan ukuran data nominal adalah pada ordinal terdapat tingkatan data. Adapun persamaannya adalah data tidak dapat ditambah, dikurang, dikali, ataupun dibagi karena data tidak menunjukkan besarnya nilai melainkan hanya kategori saja. Pada ukuran data ordinal memberikan urutan (ranking) objek eksperimen dari yang terendah ke tinggi atau berlaku sebaliknya. Contohnya kategori kelas social ekonomi masyarakat di daerah A lebih tinggi daripada di daerah B, namun seberapa besarnya tidak dapat diukur secara pasti. Ukuran data ordinal dinilai lebih tinggi daripada nominal karena pada ordinal ditentukan objek yang lebih besar/kecil.
11. Interval, Interval termasuk tipe data kuantitatif, yaitu datanya dinyatakan dengan angka di mana data berupa urutan kuantitatif objek eksperimen. Ukuran data interval diperoleh dari hasil pengukuran dan mempunyai satuan pengukuran, namun perlu diperhatikan bahwa pada ukuran data interval tidak memuat nilai nol mutlak. Beda halnya dengan ukuran data nominal dan ordinal, ukuran data interval dapat ditambah, dikurangi, dikali ataupun dibagi. Contoh ukuran data interval,diadakan eksperimen tentang ukuran tingkat ekonomi pada daerah Sopeng dengan klasifikasi penghasilan sebagai berikut: Golongan A jika berpenghasilan Rp 1.000.000
12. Rasio, Ukuran data rasio termasuk pada tipe kuantitatif di mana data rasio bersifat angka sesungguhnya. Dengan kata lain, angka pada skala data rasio menunjukkan besarnya nilai objek yang diukur menggunakan titik nol mutlak. Jarak dan waktu antara dua titik skala tidak tergantung pada unit pengukuran. Contoh pada produksi kain tenun, jika pada suatu saat pabrik tidak produksi satupun kain, maka dikatakan produksi nol (tidak ada).
13. Data view, Merupakan lembar kerja untuk proses input data atau memasukkan data. Kolomkolomnya memuat variabel data dan baris ditandai dengan angka 1, 2, 3 yang merupakan urutan data yang dimasukkan.
Variabel view, Merupakan lembar kerja untuk mendefinisikan variabel data yang dimasukkan pada kotak Data View. Baris pada kotak variabel view ditandai dengan angka 1, 2, 3 menunjukkan urutan data yang didefinisikan, dan kolomnya memuat name, type, width, decimals, label, values, missing, column, align, dan measure


Cara Kerja SPSS
Memulai Program SPSS untuk Windows

1. Klik tombol Start-Program
2. Klik pada SPSS 9.0 [atau versi baru] for Windows

Gambar 1-1
Akan tampil jendela "What would you like to do?".

Gambar 1-2
3. Klik pada pilihan "Type in data" lalu klik OK. Akan tampil Data Editor SPSS.

Gambar 1-3

Di bagian atas jendela Data Editor tampil judul program “ Untitled- SPSS Data Editor” dan tombol-tombol “minimize, maximize dan close”. Baris kedua berisi kata-kata File, Edit dan sebagainya yang dikenal sebagai bar menu. Memilih menu tersebut akan menghasilkan menu pull-down. Baris ketiga berisi tombol ikon yang dikenal sebagai ToolBar. Tombol-tombol ini menyediakan cara ringkas dari tugas yang dilakukan melalui menu pull down. Sebagai contoh, memilih ikon Open sama dengan memilih File dan Open dari bar menu.

Fungsi tombol-tombol ikon mungkin tidak kentara, tetapi anda dapat mengetahui fungsi tombol tertentu dengan meletakkan kursor pada tombol (tetapi tidak mengetik), karena suatu frasa ringkas mengenai fungsi tombol akan kelihatan.

Gbr. 1-4
Panduan ini tidak akan menekankan penggunaan tool bar tetapi anda bisa mencobanya sendiri.

Langkah-langkah ringkas menggunakan SPSS untuk Windows

Langkah 1: Memasukkan Data

Dalam menggunakan SPSS, langkah pertama adalah memasukkan data dan kemudian memberitahu SPSS variabel apa yang diwakili oleh data ini. Cara termudah ialah menggunakan Data Editor untuk
1. memasukkan data dalam baris-baris dan lajur-lajur Data Editor, dan
2. memberi nama pada variable-variabel .


Langkah 2: Memilih Analisis Statistiks

Sesudah data dimasukkan, langkah selanjutnya adalah mengarahkan SPSS untuk membuat analisis tertentu yang diperlukan. Terdapat dua cara untuk melakukan langkah ini. Setiap cara mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Cara pertama adalah dengan kaedah menu. Dengan cara ini, analisis yang hendak digunakan dipilih dengan menggunakan mouse untuk membuka menu dan kotak dialog serta memilih pilihan yang diperlukan. Ini adalah kaedah yang lebih mudah karena tidak memerlukan pengetahuan mengenai perintah(sintaks) dalam SPSS.

Cara kedua , dikenal sebagai kaedah sintaks. Cara ini merupakan pengggunaan SPSS untuk Windows mirip “cara tradisional “. Dalam cara ini anda harus membuka jendela baru yaitu Syntax Editor dan menuliskan perintah-perintah dalam bahasa yang dikenal SPSS untuk menjalankan analisis. Kaedah ini memerlukan pengetahuan khusus mengenai perintah SPSS. Bagaimanapun terdapat kelebihan dari kaedah sintaks karena terdapat perintah-perintah tertentu yang hanya dapat dilakukan melalui kaedah sintaks dan tidak dapat dilakukan dengan kaedah menu.

Pengguna SPSS/PC+ (versi Dos) yang lalu menggunakan kaedah sintaks.


Langkah 3: Melihat dan manipulasi output

Setelah data dimasukkan dan dianalisis dengan menggunakan salah satu kaedah dalam langkah 2, maka tampil jendela baru yang akan memaparkan hasil analisis. Hasil tersebut bisa dicetak atau diedit atau disimpan ke dalam disket sesuai kebutuhan.

http://spss-2010.blogspot.com/2010/06/cara-kerja-spss-untuk-windows.html
http://anthonylim.wordpress.com/sejarah-perkembangan-spss/
http://rianprestasi.blogspot.com/2009/07/bedah-salah-satu-sofware-statistik-spss.html
http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=229394807095938&comments

Minggu, 06 November 2011

Manfaat Internet Dampak Positif Negatif Internet Ditinjau Dari Ilmu Psikologi

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari prilaku manusia dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari hari. Dimana ruang lingkup psikologi sangatlah luas, contohnya hubungan antara satu individu dan individu yang lain, di bidang kesehatan, di bidang organisasi,
Internet adalah suatu perkembangan teknologi yang dapat memberikan informasi secara cepat yang dibutuhkan manusia dalam segala hal, baik di dunia Ilmu pasti maupun ilmu tidak pasti, seperti Ilmu Fisika, Kimia, Psikologi, Manjemen, Akuntansi dan lain sebaginya.
Ilmu psikologi pun dapat digunakan sebagai salah satu instrumen pembuatan kebijakan berinternet secara sehat. Internet yang sejatinya dapat digunakan untuk memudahkan, bisa jadi malah membuat penggunanya bermasalah baik secara kesehatan maupun perilaku di waktu kemudian.
Teknologi internet hadir sebagai media yang multifungsi. Komunikasi melalui internet dapat dilakukan secara interpesonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara masal, yang dikenal one to many communication (misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real time audio visual seperti pada metoda konvensional dengan adanya aplikasi teleconference.
Internet laksana perpustakaan raksasa di mana hampir semua informasi bisa di dapatkan. Sekarng ini orang sudah tidak asing lagi dengan yang namanya internet. Apalagi sejak perkembangan teknologi seluler di Indonesia, dimana hampir semua HP sudah ada fasilitas untuk berselancar di dunia maya internet. Internet itu hanya sebuah medium penyampaian informasi, seperti siaran TV/Radio dan jaringan telepon, namun ia lebih canggih karena bisa menghantarkan informasi dalam berbagai bentuk (multimedia) dan tentu saja dua arah.

Apabila digunakan dengan baik, bisa luar biasa bermanfaat, khususnya bagi generasi muda dalam bidang pendidikan, materi pelajaran bisa disampaikan dalam berbagai bentuk, gambar, animasi, film, suara dan konten-konten interaktif.

Yang namanya teknologi selalu memiliki dampak negatif dan positif. Termasuk juga mengenai internet. Karena hampir semua informasi bisa dengan mudah di akses dan di cari, internet juga akan memberi manfaat yang positif jika penggunanya memanfaatkannya atau menggunakannya secara positif pula.

Baik atau tidaknya dampak dari internet tergantung bagaimana cara orang menggunakannya. Dampak ini akan ditinjau dari beberapa aspek perkembangan sebagai berikut :
1. Dampak pada perkembangan fisik
2. Dampak pada perkembangan sosial dan emosi
3. Dampak pada perkembangan inteligensi
4. Dampak pada perkembangan moral




A. PENGARUH NEGATIF INTERNET PADA PERKEMBANGAN REMAJA

1. Dampak pada perkembangan fisik
Interaksi remaja dengan internet banyak mengurangi aktivitas gerak karena saat ini dalam beraktivitas para remaja sudah banyak menggunakan perantara internet. Hal tersebut menyebabkan perkembangan fisik remaja yang terlalu dipapar oleh internet banyak mengalami physical decline. Contohnya problem visual seperti kelelahan mata, sakit kepala bahkan penglihatan kabur karena remaja lebih rentan daripada orang dewasa terhadap cahaya dan radiasi dari perangkat internet. Selain itu obesitas juga kasus yang sering terjadi akibat berkurangnya aktivitas fisik.

2. Dampak pada perkembangan emosi dan sosial
Pada remaja, perkembangan emosi tidak lepas dari interaksinya dengan lingkungan sosial.
Bila lingkungan sosial yang ada di sekeliling remaja berupa lingkungan sosial yang “virtual” dan tidak pada kenyataannya, maka perkembangan emosi remaja juga cenderung tidak adekuat
Sehingga individu harus mengembangkan keterampilan sosial dan emosi untuk mengatasinya.
Pada remaja, pengaruh negatif dari jejaring sosial ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
a. Hilangnya privasi
remaja banyak yang cenderung mencantumkan identitas real dalam jejaring sosial yang mengakibatkan mereka dapat rentan terhadap hilangnya privasi dan kemungkinan abuse terhadap foto atau video yang kurang “appropriate” yang mereka posting didalam jejaring sosialnya.
b. Cyber-Bullying
Para remaja belum cukup matang untuk memahami dampak dari informasi yang dimunculkan dalam jejaring sosial sehingga banyak terjadi kasus perkelahian yang dimulai dari komentar atau status namun dianggap ejekan (bullying) melalui jejaring sosial.
c. Stranger-Danger
Para remaja sering masih kurang “aware” terhadap bahaya dari orang yang tak dikenal atau yang mengenal mereka namun memalsukan identitasnya dalam jejaring sosial. Menurut Pew Research Center, "32% dari remaja online telah dihubungi oleh seseorang yang tidak ada hubungannya dengan mereka dan 7% dari remaja online tersebut mengatakan mereka merasa takut atau tidak nyaman sebagai akibat dari kontak dengan orang yang tak dikenal secara online. Di Indonesia bahkan kasus remaja yang diculik dan kemudian diperkosa oleh orang tak dikenal melalui jejaring sosial sudah banyak terjadi.
d. Cyber-Stalking
Kejujuran remaja dalam jejaring sosial seperti melakukan posting tentang bagaimana rumah mereka, dimana sekolah mereka, menyebabkan orang asing yang berniat jahat sangat mudah untuk membuntuti dan bahkan membujuk mereka untuk bertemu muka dan akhirnya bisa melakukan tindakan kejahatan kepada mereka.

Beberapa Interaksi remaja dengan internet juga dapat berdampak pada perkembangan aspek emosi yang tidak adekuat. Beberapa kondisi emosi yang memungkinkan untuk berkembang menjadi suatu addiction terhadap internet, antara lain :
a. Kecemasan, bila internet digunakan untuk mengalihkan perhatian dari kecemasan maka justru akan beresiko individu untuk tidak mengatasi kecemasannya melainkan dapat mengakibatkan kecanduan.
b. Depresi, internet dapat mengalihkan sementara dari depresi namun bila digunakan tanpa kontrol justru tanpa disadari akan makin menyebabkan isolasi dari lingkungan yang akan menambah depresi.

3. Dampak pada perkembangan inteligensi
Bahwa remaja yang menggunakan internet secara berlebihan akan memiliki kecenderungan untuk mengalami hambatan dalam rentang perhatian, kebutuhan melakukan stimulasi secara segera (tidak sabar) , dan "rasa kebingungan dalam identitas." Selain itu internet juga berdampak pada penalaran kritis karena hampir semua informasi telah tersedia sehingga para remaja menjadi kurang terampil dan cenderung untuk berkosentrasi hanya pada satu hal.

4. Dampak pada perkembangan moral
Banyak kasus di Indonesia tentang kekerasan dan kejahatan seksual pada remaja yang baik pelaku maupun korbannya adalah remaja akibat eksposure terhadap situs-situs internet yang tidak dikontrol oleh orangtua maupun orang dewasa lain yang bertanggungjawab terhadap perkembangan remaja di Indonesia. Secara umum efek internet terhadap perkembangan moral diulas oleh Susan Willard dari University of Oregon melalui 4 faktor utama yang muncul dalam interaksi remaja dengan internet, yakni :
a. Lack of Affective Feedback and Remoteness from Harm. Dalam dunia nyata, suatu perilaku memiliki konsekuensi yang akan dirasakan langsung. Kondisi ini dapat menyebabkan remaja mengembangkan perilaku moral yang tidak adekuat karena konsekuensi dari perilakunya sering tidak dirasakan secara langsung.
b. Reduced Fear of Risk of Detection and Punishment. Interaksi melalui internet dapat dilakukan secara anonim atau dengan memalsukan identitas. Hal ini menyebabkan individu dapat menghindar dari hukuman atau tanggungjawab atas suatu perilaku yang dilakukannya.
c. New Environment Means New Rules. Dunia maya melalui internet tampak seperti sebuah lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan nyata disekitar remaja. Sehingga remaja sering beranggapan bahwa di dunia maya mereka boleh menerapkan aturan baru yang berbeda dengan aturan di dunia nyata yang sering bertentangan dengan dunia nyata.
d. Perceptions of Social Injustice and Corruption. Adanya internet menyebabkan individu yang merasa ketidakadilan merasa berhak untuk memberikan perlawanan melalui internet. Mulai dari perilaku menentang dengan mengemukakan pendapat, hacking sampai dengan membongkar secara umum hal-hal yang dianggap rahasia namun potensial menimbulkan ketidakadilan.

B. PENGARUH POSITIF INTERNET PADA PERKEMBANGAN REMAJA

Internet dapat membantu remaja untuk mendapatkan informasi yang luas. Permainan dengan menggunakan internet berupa perangkat games juga memberikan kesempatan pada remaja untuk mengenal prinsip dasar dalam teamwork.
Macam-macam pengaruhnya terhadap berbagai aspek perkembangan sebagai berikut :
1. Dampak pada perkembangan fisik
Salah satu dampak bila internet digunakan dengan tepat adalah adanya kemungkinan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa dibatasi oleh waktu dan dapat dilakukan di rumah. Selain itu informasi tentang kesehatan juga memberikan dukungan terhadap gaya hidup yang sehat dan pencegahan terhadap penyakit.
2. Dampak pada perkembangan sosial dan emosi
Bila orang dewasa cenderung melakukan interaksi yang pertamakali dengan internet karena alasan pekerjaan, maka umumnya remaja memulainya karena alasan bermain kemudian dikembangkan kemampuan kreatif, interaksi yang baik dengan teman yang lain, mengembangkan kemampuan komunikasi, bahkan memperkaya kemampuan berbahasa.
Perkembangan sosial dan emosi yang mungkin didukung oleh adanya jejaring sosial melalui internet adalah :
a. Relationship building & Cultural Awareness. Situs jejaring sosial jaringan memungkinkan remaja untuk bertemu teman baru dari negara lain. Para remaja juga dapat tetap berhubungan atau membina hubungan kembali dengan teman-teman masa lalu mereka yang mungkin sudah tinggal jauh dari lingkungan mereka.
b. Identity. Para remaja dapat berbagi minat dengan remaja lain, bergabung dengan kelompok, mengembangkan rasa independent, dan bisa terlibat dalam ekspresi diri yang positif dengan mempersonalisasi halaman profil dan berpartisipasi dalam diskusi tentang topik-topik yang menarik perhatian mereka.
c. Self-Esteem. Berkaitan dengan pembentukan identitas di atas, jaringan sosial dapat membantu membangun harga diri dan meningkatkan kepercayaan diri.
d. Battling Depression. Adanya dukungan sosial dapat sangat membantu untuk mengatasi depresi terutama pada para remaja.

3. Dampak pada perkembangan inteligensi
Remaja zaman sekarang juga lebih baik dalam melakukan multitasking dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini tampaknya berkaitan dengan meningkatkan informasi visual yang harus diprosesnya pada saat bersamaan seperti saat mereka berinteraksi dengan internet.

4. Dampak pada perkembangan moral
Beberapa aksi kemanusiaan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar seperti bencana alam dapat diakses langsung oleh masyarakat luas, termasuk juga remaja pengguna internet. Aksi tersebut sering memicu tumbuhnya solidaritas untuk merasakan bahkan membantu individu lain yang sedang tertimpa musibah. Hal tersebut dapat mendorong perkembangan moral yang adekuat.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/09/hubungan-psikologi-dengan-internet-tugas-psi-dan-teknologi-internet/
http://indonesia-liek.blogspot.com/2011/09/manfaat-internet-dampak-positif-negatif.html
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/03/blog-post.html
http://seminar.gunadarma.ac.id/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=134&Itemid=34
http://chachaety.blogspot.com/2011/10/hubungan-internet-dengan-psikologi.html

Jumat, 30 September 2011

Domain Name Server (DNS) & IP Address

Domain Name Server (DNS) & IP Address

Domain Name Server (DNS)
Pengertian
• Database terbesar dan tersibuk di dunia. Setiap hari melayani jutaan request dan perubahan. Tanpanya, aktivitas di internet tidak akan semudah dan semeriah saat ini.
• Sebuah sistem yang menyimpan informasi tentang nama host maupun nama domain dalam bentuk basis data tersebar (distributed database) di dalam jaringan komputer, misalkan: Internet.
• Dengan berkembangnya jaringan komputer, membutuhkan sistem yang bisa dikembangkan: sebuah sistem yang bisa mengganti alamat host hanya di satu tempat, host lain akan mempelajari perubaha tersebut secara dinamis.

Sejarah singkat DNS
Penggunaan nama sebagai pengabstraksi alamat mesin di sebuah jaringan komputer yang lebih dikenal oleh manusia mengalahkan TCP/IP, dan kembali ke zaman ARPAnet. Dahulu, setiap komputer di jaringan komputer menggunakan file HOSTS.TXT dari SRI (sekarang SIR International), yang memetakan sebuah alamat ke sebuah nama.

Paul Mockapetris menemukan DNS di tahun 1983; spesifikasi asli muncul di RFC 882 dan 883. Tahun 1987, penerbitan RFC 1034 dan RFC 1035 membuat update terhadap spesifikasi DNS. Hal ini membuat RFC 882 dan RFC 883 tidak berlaku lagi. Beberapa RFC terkini telah memproposikan beberapa tambahan dari protokol inti DNS.

Top Level Domain
Top Level Domain adalah deretan kata dibelakang nama domain seperti
1. .com (dotcommercial)
2. .net (dotnetwork)
3. .org(dotorganization)
4. .edu(doteducation)
5. .gov(dotgoverment)
6. .mil(dotmilitary)
7. .info (dotinfo)
8. dll
Ada dua macam Top Level Domain, yaitu Global Top Level Domain (gTLD) dan Country Code Top Level Domain (ccTLD). gTLD adalah seperti yang pada di list diatas dan ccTLD adalah TLD yang diperuntukkan untuk masing-masing negara, seperti Indonesia dengan kode ID (co.id, net.id, or.id) atau Singapura dengan kode SG (com.sg, net.sg, dsb).

Second Level Domain (SLD) adalah nama domain yang anda daftarkan. Misalnya nama domain yang anda daftarkan adalah domainku.com, maka domainku adalah SLD dan .comnya adalah TLD.

Third Level Domain adalah nama setelah Second Level Domain . Misalnya nama domain yang anda miliki adalah domainku.com, maka anda dapat menambahkan nama lain sebelum domainku, yaitu mail.domainku.com atau estrex.domainku.com. Layanan yang menjual third level domain salah satunya adalah enom dengan : .us.com, .br.com, .cn.com, dll. Sementara yang memberikan secara cuma cuma adalah www.freedomain.co.nr memberikan .co.nr secara gratis dan www.co.cc yang memberikan .co.cc secara gratis

Perangkat lunak DNS
Beberapa jenis perangakat lunak DNS menerapkan metode DNS, beberapa diantaranya:
• BIND (Berkeley Internet Name Domain)
• djbdns (Daniel J. Bernstein's DNS)
• MaraDNS
• QIP (Lucent Technologies)
• NSD (Name Server Daemon)
• PowerDNS
• Microsoft DNS (untuk edisi server dari Windows 2000 dan Windows 2003)

Utiliti berorientasi DNS termasuk:
• dig (the domain information groper)

Jenis-jenis catatan DNS
Beberapa kelompok penting dari data yang disimpan di dalam DNS adalah sebagai berikut:
• A record atau catatan alamat memetakan sebuah nama host ke alamat IP 32-bit (untuk IPv4).
• AAAA record atau catatan alamat IPv6 memetakan sebuah nama host ke alamat IP 128-bit (untuk IPv6).
• CNAME record atau catatan nama kanonik membuat alias untuk nama domain. Domain yang di-alias-kan memiliki seluruh subdomain dan rekod DNS seperti aslinya.
• [MX record]]' atau catatan pertukaran surat memetakan sebuah nama domain ke dalam daftar mail exchange server untuk domain tersebut.
• PTR record atau catatan penunjuk memetakan sebuah nama host ke nama kanonik untuk host tersebut. Pembuatan rekod PTR untuk sebuah nama host di dalam domain in-addr.arpa yang mewakili sebuah alamat IP menerapkan pencarian balik DNS (reverse DNS lookup) untuk alamat tersebut. Contohnya (saat penulisan / penerjemahan artikel ini), www.icann.net memiliki alamat IP 192.0.34.164, tetapi sebuah rekod PTR memetakan ,,164.34.0.192.in-addr.arpa ke nama kanoniknya: referrals.icann.org.
• NS record atau catatan server nama memetakan sebuah nama domain ke dalam satu daftar dari server DNS untuk domain tersebut. Pewakilan bergantung kepada rekod NS.
• SOA record atau catatan otoritas awal (Start of Authority) mengacu server DNS yang mengediakan otorisasi informasi tentang sebuah domain Internet.
• SRV record adalah catatan lokasi secara umum.
• Catatan TXT mengijinkan administrator untuk memasukan data acak ke dalam catatan DNS; catatan ini juga digunakan di spesifikasi Sender Policy Framework.
Jenis catatan lainnya semata-mata untuk penyediaan informasi contohnya:
• catatan LOC memberikan letak lokasi fisik dari sebuah host, atau data ujicoba
• catatan WKS memberikan sebuah daftar dari server yang memberikan servis yang dikenal (well-known service) seperti HTTP atau POP3 untuk sebuah domain.

Nama domain yang diinternasionalkan
Nama domain harus menggunakan satu sub-kumpulan dari karakter:
• ASCII, hal ini mencegah beberapa bahasa untuk menggunakan nama maupun kata lokal mereka.
• ICANN telah menyetujui Punycode yang berbasiskan sistem IDNA, yang memetakan string Unicode ke karakter set yang valid untuk DNS, sebagai bentuk penyelesaian untuk masalah ini, dan beberapa registries sudah mengadopsi metode IDNS ini.


IP Address
Setiap computer yang terhubung dengan Internet, memiliki tanda pengenal yang unik, yang disebut dengan IP Adress. IP adalah singkatan dari Internet Protocol, sedangkan Address adalah angka 32 bit yang biasanya diekspresikan dalam empat octet dalam angka decimal yang dipisahkan dengan titik.

IP Address yang umum ditulis seperti ini : 202.158.39.108. empat angka yang masing-masing dipisahkan oleh titik disebut dengan octet, karena mereka hanya bisa diisi dengan angka 0 dan 256 (2 pangkat 8 kemungkinan dalam setiap oktet). Sebuah server memiliki IP Address statis yang jarang sekali berubah. Sementara computer rumahan yang menggunakan modem dial-up untuk mengakses Internet memiliki IP Address yang diberikan oleh ISP saat modem yang sama di kesempatan lain. Apa yang Anda butuhkan untuk selama mengakses Internet sesungguhnya hanyalah IP Address. Misalnya untuk mengakses Google, Anda dapat mengetikkan http://72.14.253.104 di web browser, halaman utama Google akan tampil. Domain name digunakan untuk memudahkan kita, membuat alias untuk http://72.14.253.104 menjadi google.com.


Konsep IP Address
Walaupun bagi para pengguna Internet umumnya kita hanya perlu mengenal hostname dari mesin yang dituju, seperti: server.indo.net.id, rad.net.id, ui.ac.id, itb.ac.id. Bagi komputer untuk bekerja langsung menggunakan informasi tersebut akan relatif lebih sulit karena tidak ada keteraturan yang dapat di programkan dengan mudah. Untuk mengatasi hal tersebut, komputer mengidentifikasi alamat setiap komputer menggunakan sekumpulan angka sebanyak 32 bit yang dikenal sebagai IP address.
Adanya IP Address merupakan konsekuensi dari penerapan Internet Protocol untuk mengintegrasikan jaringan komputer Internet di dunia. Seluruh host (komputer) yang terhubung ke Internet dan ingin berkomunikasi memakai TCP/IP harus memiliki IP Address sebagai alat pengenal host pada network. Secara logika, Internet merupakan suatu network besar yang terdiri dari berbagai sub network yang terintegrasi. Oleh karena itu, suatu IP Address harus bersifat unik untuk seluruh dunia. Tidak boleh ada satu IP Address yang sama dipakai oleh dua host yang berbeda. Untuk itu, penggunaan IP Address di seluruh dunia dikoordinasi oleh lembaga sentral Internet yang di kenal dengan IANA - salah satunya adalah Network Information Center (NIC) yang menjadi koordinator utama di dunia untuk urusan alokasi IP Address ini adalah :
InterNIC Registration Services Network Solution Incorporated 505 Huntmar Park Drive, Herndon, Virginia 22070 Tel: [800] 444-4345, [703] 742-4777 FAX: [703] 742-4811 E-mail: hostmaster@internic.net
Sedangkan untuk tingkat Asia Pasifik saat ini masih dikoordinasi oleh:
Asia Pacific Network Information Center c/o Internet Initiative Japan, Inc. Sanbancho Annex Bldg., 1-4, Sanban-cho, Chiyoda-ku, Tokyo, 102 Japan Tel: +81-3-5276-3973 FAX: +81-3-5276-6239 E-mail: domreg@apnic.net http://www.apnic.net
Struktur IP Address
IP Address terdiri dari bilangan biner sepanjang 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Tiap segmen terdiri atas 8 bit yang berarti memiliki nilai desimal dari 0 - 255. Range address yang bisa digunakan adalah dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai dengan 11111111.11111111.11111111.11111111. Jadi, ada sebanyak 232 kombinasi address yang bisa dipakai diseluruh dunia (walaupun pada kenyataannya ada sejumlah IP Address yang digunakan untuk keperluan khusus). Jadi, jaringan TCP/IP dengan 32 bit address ini mampu menampung sebanyak 232 atau lebih dari 4 milyar host. Untuk memudahkan pembacaan dan penulisan, IP Address biasanya direpresentasikan dalam bilangan desimal. Jadi, range address di atas dapat diubah menjadi address 0.0.0.0 sampai address 255.255.255.255. Nilai desimal dari IP Address inilah yang dikenal dalam pemakaian sehari-hari. Beberapa contoh IP Address adalah :
44.132.1.20
167.205.9.35
202.152.1.250


http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Penamaan_Domain
http://soulofmyheart.blogspot.com/2009/05/apa-itu-domain-name-server-dns.html
http://www.stopanos.net/pengertian-dasar-domain-apa-itu-domain.html
http://www.klik-kanan.com/fokus/konsep_ip_address.shtml



INTERNET

Internet telah membuat revolusi dunia komputer dan dunia komunikasi yang tidak pernah diduga sebelumnya. Internet memiliki kemampuan penyiaran ke seluruh dunia, memiliki mekanisme diseminasi informasi, dan sebagai media untuk berkolaborasi dan berinteraksi antara individu dengan komputernya tanpa dibatasi oleh kondisi geografis.

Pengertian
Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.


SEJARAH
Tahun Kejadian
1957
Uni Soviet (sekarang Rusia) meluncurkan wahana luar angkasa, Sputnik.

1958
Sebagai buntut dari "kekalahan" Amerika Serikat dalam meluncurkan wahana luar angkasa, dibentuklah sebuah badan di dalam Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Advanced Research Projects Agency (ARPA), yang bertujuan agar Amerika Serikat mampu meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi negara tersebut. Salah satu sasarannya adalah teknologi komputer.

1962
J.C.R. Licklider menulis sebuah tulisan mengenai sebuah visi di mana komputer-komputer dapat saling dihubungkan antara satu dengan lainnya secara global agar setiap komputer tersebut mampu menawarkan akses terhadap program dan juga data. Di tahun ini juga RAND Corporation memulai riset terhadap ide ini (jaringan komputer terdistribusi), yang ditujukan untuk tujuan militer.
Awal 1960-an Teori mengenai packet-switching dapat diimplementasikan dalam dunia nyata.

Pertengahan 1960-an ARPA mengembangkan ARPANET untuk mempromosikan "Cooperative Networking of Time-sharing Computers", dengan hanya empat buah host komputer yang dapat dihubungkan hingga tahun 1969, yakni Stanford Research Institute, University of California, Los Angeles, University of California, Santa Barbara, dan University of Utah.

1965
Istilah "Hypertext" dikeluarkan oleh Ted Nelson.

1968
Jaringan Tymnet dibuat.

1971
Anggota jaringan ARPANET bertambah menjadi 23 buah node komputer, yang terdiri atas komputer-komputer untuk riset milik pemerintah Amerika Serikat dan universitas.
1972
Sebuah kelompok kerja yang disebut dengan International Network Working Group (INWG) dibuat untuk meningkatkan teknologi jaringan komputer dan juga membuat standar-standar untuk jaringan komputer, termasuk di antaranya adalah Internet. Pembicara pertama dari organisasi ini adalah Vint Cerf, yang kemudian disebut sebagai "Bapak Internet"
1972-1974
Beberapa layanan basis data komersial seperti Dialog, SDC Orbit, Lexis, The New York Times DataBank, dan lainnya, mendaftarkan dirinya ke ARPANET melalui jaringan dial-up.
1973
ARPANET ke luar Amerika Serikat: pada tahun ini, anggota ARPANET bertambah lagi dengan masuknya beberapa universitas di luar Amerika Serikat yakni University College of London dari Inggris dan Royal Radar Establishment di Norwegia.

1974
Vint Cerf dan Bob Kahn mempublikasikan spesifikasi detail protokol Transmission Control Protocol (TCP) dalam artikel "A Protocol for Packet Network Interconnection".
1974
Bolt, Beranet & Newman (BBN), pontraktor untuk ARPANET, membuka sebuah versi komersial dari ARPANET yang mereka sebut sebagai Telenet, yang merupakan layanan paket data publik pertama.
1977
Sudah ada 111 buah komputer yang telah terhubung ke ARPANET.
1978
Protokol TCP dipecah menjadi dua bagian, yakni Transmission Control Protocol dan Internet Protocol (TCP/IP).

1979
Grup diskusi Usenet pertama dibuat oleh Tom Truscott, Jim Ellis dan Steve Bellovin, alumni dari Duke University dan University of North Carolina Amerika Serikat. Setelah itu, penggunaan Usenet pun meningkat secara drastis.
Di tahun ini pula, emoticon diusulkan oleh Kevin McKenzie.

Awal 1980-an Komputer pribadi (PC) mewabah, dan menjadi bagian dari banyak hidup manusia.
Tahun ini tercatat ARPANET telah memiliki anggota hingga 213 host yang terhubung.
Layanan BITNET (Because It's Time Network) dimulai, dengan menyediakan layanan e-mail, mailing list, dan juga File Transfer Protocol (FTP).
CSNET (Computer Science Network) pun dibangun pada tahun ini oleh para ilmuwan dan pakar pada bidang ilmu komputer dari Purdue University, University of Washington, RAND Corporation, dan BBN, dengan dukungan dari National Science Foundation (NSF). Jaringan ini menyediakan layanan e-mail dan beberapa layanan lainnya kepada para ilmuwan tersebut tanpa harus mengakses ARPANET.
1982 Istilah "Internet" pertama kali digunakan, dan TCP/IP diadopsi sebagai protokol universal untuk jaringan tersebut.
Name server mulai dikembangkan, sehingga mengizinkan para pengguna agar dapat terhubung kepada sebuah host tanpa harus mengetahui jalur pasti menuju host tersebut.
Tahun ini tercatat ada lebih dari 1000 buah host yang tergabung ke Internet.
1986 Diperkenalkan sistem nama domain, yang sekarang dikenal dengan DNS (Domain Name System) yang berfungsi untuk menyeragamkan sistem pemberian nama alamat di jaringan komputer.

Sejarah intenet dapat dibagi dalam empat aspek yaitu :
1. Adanya aspek evolusi teknologi yang dimulai dari riset packet switching (paket pensaklaran) ARPANET (berikut teknologi perlengkapannya) yang pada saat itu dilakukan riset lanjutan untuk mengembangkan wawasan terhadap infrastruktur komunikasi data yang meliputi beberapa dimensi seperti skala,performannce/kehandalan, dan kefungsian tingkat tinggi.

2. Adanya aspek pelaksanaan dan pengelolaan sebuah infrastruktur yang global dan kompleks.

3. Adanya aspek sosial yang dihasilkan dalam sebuah komunitas masyarakat besar yang terdiri dari para Internauts yang bekerjasama membuat dan mengembangkan terus teknologi ini.

4. Adanya aspek komersial yang dihasilkan dalam sebuah perubahan ekstrim namun efektif dari sebuah penelitian yang mengakibatkan terbentuknya sebuah infrastruktur informasi yang besar dan berguna.

Internet sekarang sudah merupakan sebuah infrastruktur informasi global (widespread information infrastructure), yang awalnya disebut "the National (atau Global atau Galactic) Information Infrastructure" di Amerika Serikat. Sejarahnya sangat kompleks dan mencakup banyak aspek seperti teknologi, organisasi, dan komunitas. Dan pengaruhnya tidak hanya terhadap bidang teknik komunikasi komputer saja tetapi juga berpengaruh kepada masalah sosial seperti yang sekarang kita lakukan yaitu kita banyak mempergunakan alat-alat bantu on line untuk mencapai
sebuah bisnis elektronik (electronic commerce), pemilikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

Manfaat Internet
Secara umum ada banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila seseorang mempunyai akses ke internet .Berikut ini sebagian dari apa yang tersedia di internet:
1. Informasi untuk kehidupan pribadi :kesehatan, rekreasi, hobby, pengembangan pribadi, rohani, sosial.
2. Informasi untuk kehidupan profesional/pekerja :sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi profesi, asosiasi bisnis, berbagai forum komunikasi.

Satu hal yang paling menarik ialah keanggotaan internet tidak mengenal batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran. Internet adalah suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap anggotanya.
Manfaat internet terutama diperoleh melalui kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu. Untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, sudah waktunya para profesional Indonesia memanfaatkan jaringan internet dan menjadi bagian dari masyarakat informasi dunia.


http://yudhim.blogspot.com/2008/02/sejarah-internet.html
http://tskau0.tripod.com/sejarah_singkat_internet.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet

Selasa, 19 April 2011

Jenis Stres & Stres Lingkungan

C. Jenis Stres

Holahan (1981) menyebutkan jenis stres yang di bedakan menjadi dua bagian, yaitu systemic stress dan psychological stres. Systemic stres didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan stres, misalnya racun kimia atau temparatur ekstrim, sebagai stressor. Selye mengidentifikasi tiga tahap dalam respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, yang diistilahkan General Adaptation Syndrome (GAS).
Tahap pertama adalah alarm reaction dari sitem saraf otonom, termasuk di dalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekanan darah dan otot menegang. Tahap ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh. Selanjutnya tahap ini diikuti oleh tahap resistance atau adaptasi, yang di dalamnya termasuk berbagai macam respon coping secara fisik. Tahap ketiga, exhaustion atau kelelahan, akan terjadi kemudian apabila stresor dating secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama, dan jika usaha-usaha perlawanan gagal untuk menyelesaikan secara adekuat
Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang penuh stres sebagai ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya (Lazarus dalam Holahan, 1981). Sebuah situasi dapat terlihat sebagai suatu ancaman dan berbahaya secara potensial apabila melibatkan hal yang memalukan, kehilangan harga diri, kehilangan pendapatan dan seterusnya ((dalam Heimstra & McFarling, 1978). Hasil penelitian dari Levy dkk. (1984) ditemukan bahwa stres dapat timbul dari kondisi-kondisi yang bermacam-macam, seperti ditempat kerja, dilingkungan fisik dan kondisi social. Stres yang timbul dari kondisi sosial bisa dari lingkungan rumah, sekolah ataupun lingkungan kerja.
Sumber Stres (Stressor). Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yang pertama adalah fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya. Kedua, kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. Yang ketiga adalah daily hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai didalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja, atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.
Dalam lingkungan binaan, maka stres dapat muncul jika lingkungan fisik dan rancangan secara langsung atau tidak tidak langsung menghambat tujuan penghuni, dan jika rancangan lingkungannya membatasi strategi untuk mengatasi hambatan tersebut, maka hal itu merupakan sumber stres (Zimring dalam Prawitasari, 1989).

D. Stres Lingkungan

Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutama bangunan terhadap stres psikologis, Zimring (dalam Prawitasari, 1989) mengajukan dua pengandaian. Yang pertama, stres dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu. Cara penyesuaian atau pengatasan masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam.
Pengandaian kedua adalah bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stres psikologis yang disebabkan oleh lingkungan binaan. Misalnya perkantoran, status, anggapan tentang control, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stres atau tidak.
Stres yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah menaik, sebagai reaksi stimulus yang tidak diinginkan. Dengan kondisi tersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi situasi stres akan memasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak digunakan untuk mengatasi situasi stres. Dalam berbagai kasus, stimulus yang tidak menyenangkan tersebut muncul berkali-kali, sehingga reaksi stres menjadi berkurang dan melemah.
Proses ini secara psikologis dikatakan sebagai adaptasi. Hal ini terjadi karena sensitivitas neuropsikologis semakin melemah dan melalui penelitian kognitif situasi stres tersebut berkurang (Iskandar ,1990).
Bangunan yang tidak memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial akan merupakan sumber stres bagi penghuninya. Apabila perumahan tidak memprhatikan kenyamanan penghuni, misalnya pengaturan udara yang tidak memadai, maka penghuni tidak dapat beristrirahat dan tidur dengan nyaman. Akibatnya, penghuni seringkali lelah dan tidak dapat bekerja secara efektif dan ini akan mempengaruhi kesejahteraan fisik maupun mentalnya. Demikian pula apabila perumahan tudak memperhatikan kebutuhan rasa aman warga, maka ini akan berpengaruh negatif pula. Penghuni selalu waspada dan akan mengalami kelelahan fisik maupun mental. Hubungan antara manusia sangat penting, untuk itu perumahan sebaiknya juga memperhatikan kebutuhan tersebut.
Pembangunan perumahan yang tidak menyediakan tempat umum dimana para warga dapat berinteraksi satu sama lain akan membuat mereka sulit berhubungan satu sama lain. Atau perumahan yang tidak memperhatikan ruang pribadi masing-masing anggotanya akan dapat merupakan sumber stres bagi penghuninya (Zimring dalam Prawitasari, 1989).
Keberhasilan suatu bangunan perumahan atau daerah pemukiman dalam terminologi perilaku dapat digunakan penilaian berdasarkan tingkat kepuasan penghuni dan kebetahan penghuni ditempat tinggalnya.
Di dalam membahas hubungan manusia dengan lingkungan binaan, maka pada lingkungan binaan tersebut diharapkan akan didapat ungkapan-ungkapan arsitektur berupa pola-pola yang mempengaruhi perkembangan dan perubahan konsepsi bangunan. Perubahan-perubahan konsepsi pada bangunan itu terjadi pada perilaku penghuni terhadap tata atur yang telah tercipta pada bangunan itu duhulunya. Akibat dari pergeseran perlakuan atau aktivitas dari penghuni mengakibatkan kerancauan visual dan tata atur bangunan tersebut.
Sementara itu, dua ahli lain yaitu Lazarus dan Folkman (dalam Baron dan Byrne, 1991) mengidentifikasikan stres lingkungan sebagai ancaman-ancaman yang datang dari dunia sekitar. Setiap individu selalu mencoba untuk coping dan beradaptasi dengan ketakutan, kecemasan dan kemarahan yang dimilikinya.
Fontana (1989) menyebutkan bahwa stres lingkungan berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang rebut, jalan menuju bangunan tempat kerja yang mengancam nilai atau kenikmatan salah satu milik/kekayaan, dan kecemasan financial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.
Baum, Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stres lingkungan dalam tiga faktor, yaitu :
1. Stresor fisik (misalnya: suara)
2. Penerimaan individu terhadap stresor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor)
3. Dampak stresor pada organisme (dampak fisiologis)

Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stres di dalam dan di sekitar rumah adalah sebagai berikut :
a. Stres karena teman kerja (partner)
b. Stres karena anak-anak
c. Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat
d. Tekanan-tekanan lingkungan

Sumber: Hendro Prabowo, 1998
http://elearning.gunadarma.ac.id/

Selasa, 12 April 2011

STRES

A. Pengertian Stres
Beberapa pengertian Stres menurut para ahli :
• Istilah stres dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stress sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah sters dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang disulut oleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut.
• Menurut Lazarus (1976) sters adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada suatu internal dan eksternal.
• Menurut Korchin (1976) keadaan stress muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang.
• Menurut Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu : Stimulus, Respon, dan Proses.

1. Stimulus
Keadaan / situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
a. Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi
b. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai
c. Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak dan bising




2. Respons
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu : komponen psikologis dan komponen fisiologis.
a. Komponen psikologis, seperti: perilaku, pola berpikir, dan emosi
b. Komponen fisiologis, seperti: detak jantung, mulut yang mongering (sariawan), keringat, dan sakit perut
Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.

3. Proses
Stress sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang di dalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

B. Model Stres
Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan 3 model stress, yaitu : Response-based model, Stimulus-based model, dan Interactional model.

a. Response-based model
Stress model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencoba untuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Suatu pola atau sekelompok dari respon disebut sebagai sebuah sindrom. Pusat perhatian dari model ini adalah bagaimana stresor yang berasal dari peristiwa lingkungan yang berbeda-beda dapat menghasilkan respon stress yang sama.

b. Stimulus-based model
Model stress ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stress. Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut :

1. Overload
Karakteristik ini diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi.

2. Conflict
Konflik diukur ketika sebuah stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidak berkesesuaian. Situasi-situasi konflik bersifat ambigu, dalam arti stimulus tidak memperhitungkan kecenderungan respon yang wajar.

3. Uncontrollability
Uncontrollability adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas/tidak tergantung pada perilaku dimana pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi. Penelitian tentang tujuan ini menunjukkan bahwa stress diproduksi oleh stimulus aversive yang mungkin diolah melebihi kemampuan dan control waktu serta jangka waktu dari stimuli ini daripada dengan kenyataan penderitaan yang dialami. Dampak stress dari stimuli aversive dapat diperkecil jika individu percaya dapat mengontrolnya.

c. Interactional model
Model ini merupakan perpaduan dari response-based model dan stimulus-based model. Ini mengingatkan bahwa dua model terdahulu membutuhkan tambahan informasi mengenai motif-motif individual dan kemampuan mengcoping (mengatasi). Model ini memperkirakan bahwa stress dapat diukur ketika dua kondisi bertemu, yaitu :
1. Ketika individu menerima ancaman akan motif dan kebutuhan penting yang dimilikinya. Jika telah berpengalaman stress sebelumnya, individu harus menerima bahwa lingkungan mempunyai ancaman pada motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan penting pribadi.
2. Ketika individu tidak mampu untuk mengcoping stressor.
Pengertian coping lebih merujuk pada kesimpulan total dari metode personal, dapat digunakan untuk menguasai situasi yang penuh stress. Coping termasuk rangkaian dari kemampuan untuk bertindak pada lingkungan dan mengelola gangguan emosional, kognitif serta reaksi psikis.

Pendekatan interaksional beranggapan bahwa keseluruhan pengalaman stress di dalam beberapa situasi akan tergantung pada keseimbangan antara stressor, tuntutan dan kemampuan mengcoping. Stress dapat menjadi tinggi apabila ada ketidakseimbangan antara dua faktor, yaitu ketika tuntutan melampaui kemampuan coping. Stress dapat menjadi rendah apabila kemampuan coping melebihi tuntutan.

Sumber: Hendro Prabowo, 1998
http://elearning.gunadarma.ac.id/

Selasa, 05 April 2011

PRIVASI

Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi itu yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk beriteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain (Dibyo Hartono, 1986).
Beberapa definisi tentang privasi mempunyai kesamaan yang menekankan pada kemampuan seseorang atau kelompok dalam mengontrol interaksi panca inderanya dengan pihak lain.
Rapoport (dalam Soesilo, 1988) mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. Privasi jangan dipandang sebagai hanya penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak-pihak lain dalam rangka menyepi saja. Hal ini agak berbeda dengan yang dikatakan oleh Marshall (dalam Wrigthtman & Deaux, 1981) dan ahli-ahli lain (seperti Bates, 1964; kira, 1966 dalam Altman, 1975) yang mengatakan bahwa privasi menunjukan adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari katerlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya.
Altman (1975), hampir sama dengan yang dikatakan Rapoport, mendefinisikan privasi dalam bentuk yang lebih dinamis. Menurutnya privasi adalah proses pengontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain. Definisi ini mengandung beberapa pengertian yang lebih luas. Pertama, unit sosial yang digambarkan bisa berupa hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok dan seterusnya. Kedua, penjelasan mengenai privasi sebagai proses dua arah; yaitu pengontrolan input yang masuk ke individu dari luar atau output dari individu ke pihak lain. Ketiga, definisi ini menunjukan suatu control yang selektif atau sustu proses yang aktif dan dinamis.
Kemudian Altman menjelaskan beberapa fungsi privasi. Pertama, privasi adalah pengaruh dan pengontrol interaksi interpersonal. Kedua, merencanakan dan membuat membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain. Dan ketiga, memperjelas konsep diri dan identitas diri.
Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkannya. Ada saat-saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada saat-saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi tinggi) untuk mencapai hal itu, ia akan mengontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku, yang digambarkan oleh Altman sebagai berikut :
a). Perilaku verbal
Perilaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal, sejauh mana orang lain boleh berhubungan dengannya. Misalnya “Maaf, saya tidak punya waktu”.
b). Perilaku non verbal
Perilaku ini dilakukan dengan menunjukan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda senang atau tidak senang. Misalnya seseorang akan menjauh dan membentuk jarak dengan orang lain, membuang muka ataupun terus menerus melihat waktu yang menandakan bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya dengan mendekati dan menghadapkan muka, tertawa, menganggukan kepala memberikan indikasi bahwa dirinya siap untuk berkomonikasi dengan orang lain.
c). Mekanisme kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu (Altman, 1975; altman & Chemers dalam Dibyo Hartono, 1986).
d). Ruang personal
Ruang personal adalah salah stu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu. Sommer (dalam Altman, 1975) mendefinisikan beberapa karateristik ruang personal. Pertama, daerah batas diri yang diperbolehkan dimasuki oleh orang lain. Ruang personal adalah batas maya yang mengelilingi individu sehingga tidak kelihatan oleh orang lain. Kedua, ruang personal itu tidak berupa pagar yang tampak mengelilingi seseorang dan terletak pada suatu tempat tetapi batas itu melekat pada diri dan dibawa kemana-mana. Fisher dkk (1984), mengatakan bahwa ruang personal adalah batas maya yang mengelilingi individu. Ketiga, sama dengan privasi ruang personal adalah batas kawasan yang dinamis, yang berubah-ubah besarnya sesuai dengan waktu dan situasi. Bergantung dengan siapa seseorang itu berhubungan. Keempat, pelanggaran ruang oersonal oleh orang lain akan dirasakan sebagai ancaman sehingga daerah ini di kontrol dengan kuat. Kebanyakan penelitian menunjukan bahwa ondividu yang mempunyai kecenderungan berafiliasi tinggi, ekstrovert atau yang mempunyai sifat hangat dalam berhubungan interpersonal mempunyai ruang personal yang lebih kecil daripada individu introvert (Giffort, 1987).
e). Teritorialitas
Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain maka pada teritorialitas batas-batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Privasi

Terdapat faktor yang mempengaruhi privasi yaitu factor personal, faktor situasional, dan faktor budaya.
Faktor personal. Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam suasana rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan yang anonim dan reserve pada saat ia dewasa. Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunya dikota akan lebih memilih keadaan anonim dan intimacy.
Sementara itu Walden dan kawan-kawan (dalam Gifford, 1987) menemukan adanya perbedaan jenis kelamin dalam privasi. Dalam sebuah penelitian pada para penghuni asrama ditemukan bahwa antara pria dan wanita terdapat perbadaan dalam merespon perbedaan keadaan antara ruangan yang berisi dua orang dengan ruangan yang berisi tiga orang. Dalam hubungannya dengan privasi, subjek pria lebih memilih ruangan yang berisi dua orang, sedangkan subjek wanita tidak mempermasalahkan keadaan dalam dua ruangan tersebut. Hal itu menunjukan bahwa wanita merespon lebih baik daripada pria bila dihadapkan pada situasi dengan kepadatan yang lebih tinggi.
Faktor Situasional. Beberapa hasil penelitian tentang privasindalam dunia kerja, secara umum menyimpulkan bahwa kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang didalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987).
Penelitian Marshall (dalam Gifford, 1987) tentang privasi dalam rumah tinggal, menemukan bahwa tinnggi rendahnya privasi dalam rumah antara lain disebabkan oleh seting rumah. Seting rumah disini sangat berhubungan seberapa sering para penghuni berhubungan dengan orang, jarak antar rumah dan banyaknya tetangga sekitar rumah. Seseorang mempunyai rumah yang jauh dari tetangga dan tidak dapat melihat banyak rumah lain disekitarnya dari
Faktor Budaya. Penemuan dari beberpa peneliti tentang privaasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987).
Tidak terdapat keraguan bahwa perbedaan masyarakat menunjukan variasi yang besar dalam jumlah privasi yang dimiliki anggotanya. Dalam masyarakat Arab, keluarga-keluarga menginginkan tinggal didalam rumah dengan dinding yang padat dan tinggi mengelilinginya (Gifford, 1987). Hasil pengamatan Gifford (1987) disuatu desa dibagian selatan India menunjukan bahwa semua keluarga memiliki rumah yang sangat dekat satu sama lain, sehingga akan sedikit privasi yang diperolehnya. Orang-orang tersebut merasa tidak betah bila terpisah dari tetangganya. Sejumlah studi menunjukan bahwa pengamatan yang dangkal sering sekali menipu kita. Kebutuhan akan privasi barangkali adalah sama besarnya antara orang Arab dengan orang India.
Studi Patterson dan Chiswisk (dalam Gifford, 1987) dibawah ini menggambarkan privasi masyarakat Iban, Serawak, Kalimantan. Orang-orang Iban tinggal dirumah panjang dengan privasi yang (diduga) kurang, dimana kesempatan untuk menyendiri atau keintiman ada dibelakang pintu-pintu yang tertutup. Apakah orang-orang Iban memiliki privasi yang amat memprihatinkan? Atau apakah mereka tidak membutuhkan privasi? Patterson dan Chiswick menemukan orang Iban tampaknya membutuhkan privasi kira-kira sebanyak yang kita butuhkan, akan tetapi mereka melakukannya dengan mekanisme yang berbeda. Mekanisme-mekanisme ini adalah suatu kesepakatan sosial. Sebagai contoh, orang Iban memiliki cara khusus untuk berganti pakaian didaerah yang bersifat public dengan cara yang sederhana. Terdapat aturan-aturan bagi anak-anak untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hubungannya dengan orang dewasa. Rumah panjang itu tertutup bagi anak-anak dalam banyak kesempatan. Pada saat mulai pubertas, ruang tidur anak mulai dibedakan berdasarkan jenis kelaminnnya
Altman (1975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis dari perilaku yang penting adalah mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungan sosial. Bila seseorang dapat mendapatkan privasi seperti yang diinginkannya maka ia akan dapat mengatur kapan harus berhubungan dengan orang lain dan kapan harus sendiri.
Maxine Wolfe dan kawan-kawan (dalam Holahan, 1982) mencatat bahwa pengelolaan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, orang yang terganggau privasinya akan merasakan keadaan yang tidak mengenakan.
Westin (dalam Holahan, 1982) mengatakan bahwa ketertutupan terhadap informasi personal secara selektif, memenuhi kebutuhan individu untuk membagi kepercayaan dengan orang lain. Keterbukaan membantu individu untuk menjaga jarak psikologis yang pas dengan orang lain dalam banyak situasi.
Schwartz (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi (privasi tinggi) dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berhubungan dengan orang-orang yang “sulit”. Sementara hal yang senada diungkapkan oleh Westin bahwa saat-saat kita mendapatkan privasi seperti yang kita inginkan, kita dapat melakukan pelepasan emosi dari akumulasi tekanan hidup sehari-hari.
Selain itu, privasi juga berfungsi mengembangkan identitas pribadi, yaitu mengenal dan menilai diri sendiri (Altman, 1975; Sarwono, 1992; Holahan, 1982). Proses mengenal dan menilai diri ini tergantung pada kemampuan untuk mengukur sifat dan gaya interaksi sosial dengn orang lain. Bila kita tidak dapat mengontrol interaksi dengan orang lain, kita akan memberikan informasi yang negative tentang kompetensi pribadi kita (Holahan, 1982) atau akan terjadi proses ketelanjangan sosial dan proses deindividuasi (Sarwono, 1992).
Menurut Westin (dalam Holahan, 1982) dengan privasi kita juga dapat melakukan evaluasi diri dan membantu kita mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri (personal autonomy). Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil suatu rangkuman bahwa fungsi psikologis dari prifasi dapat di bagi menjadi, pertama privasi memainkan peran dalam mengelola inetraksi sosial yang kompleks didalam kelompok sosial; kedua, privasi membantu kita memantapkan persaan identitas pribadi.


Privasi dalam Konteks Budaya

Perbedaan wilayah Geografis berdampak pada perbedaan privasi yang terdapat pada penduduk yang berada diwilayahnya. Di Amerika banyak orang menggunakan ruang-ruang tertentu seperti kamar tidur, kamar mandi dan ruang makan untuk menyendiri.

Sumber : Prabowo, Hendro. (1998). Arsitektur,Pikologi dan masyarakat. Depok: Gunadarma
http://psikologilingkunganrahmawati.wordpress.com/2011/03/29/privasi/

Selasa, 29 Maret 2011

TERITORIALITAS

A. Pengertian Teritorialitas
Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan demikian menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau merupakan suatu teritorial primer.
Apa perbedaan ruang personal dengan teritorialitas? Seperti pendapat Sommer dan Dewar (1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritorialitas memiliki implikasi tertentu yang secara grafis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.

B. Elemen-elemen Teritorialitas
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari teritorialitas, yaitu:
(1) kepemilikan atau hak dari suatu tempat
(2) personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
(3) hak untuk mempertahankan diri dari dari gangguan luar, dan
(4) pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika

Porteus (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan tiga tingkat kumpulan spasial yang saling terkait satu sama lain:
1. Personal Space, yang telah banyak dibahas dimuka.
2. Home Base, ruang-ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal atau lingkungan rumah tinggal.
3. Home Range, seting-seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan seseorang.

Dalam usahanya membangun suatu model yang member perhatian secara khusus pada desain lingkungan, maka Hussein El-Sharkawy (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan empat teoriti, yaitu: attached, central, supporting, & peripheral.
1. Attached Territory adalah “gelembung ruang” sebagaimana telah dibahas dalam ruang personal.
2. Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana kesemuan yaitu kurang memiliki personalisasi; Oscar Newman menyebutnya “ruang privat”.
3. Supporting Territory adalah ruang-ruang yang bersifat semi privat dan semi publik. Pada semi privat terbentuknya ruang terjadi pada ruang duduk asrama, ruang duduk/santai ditepi kolam renang, atau area-area pribadi pada rumah tinggal seperti pada halaman depan rumah yang berfungsi sebgai pengawasan terhadap kehadiran orang lain. Ruang-ruang semi pulik antara lain adalah: salah satu sudut ruangan pada toko, kedai minum (warung), atau jalan kecil di depan rumah. Semi privat cenderung untuk dimiliki, sedangkan semi public tidak dimiliki oleh pemakai.
4. Peripheral Territory adalah ruang public, yaitu area-area yang dipakai oleh individu-individu atau oleh suatu kelompok tetapi tidak dapat memiliki atau menuntutnya. Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu: teritorial primer, teritorial sekunder, dan
territorial umum.

Smentara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu: territorial primer, teritorial sekunder, dan teritorial umum.
1. Teritorial Primer

Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikilogis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Yang termasuk dalam teritorial ini adalah ruang kerja, ruang tidur, pekarangan, wilayah Negara, dan sebagainya.
2. Teritorial Sekunder

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Terirorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang masih dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kelompok itu. Sifat teritorial sekunder adalah semi-publik. Yang termasuk dalam teritorial ini adalah sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, toilet, zona servis, dan sebagainya.

3. Teritorial Umum

Teritorial umumdapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana territorial umum itu berada. Teritorial umum dapat digunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh territorial umum ini adalah taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung bioskop, ruang kuliah, dan sebagainya. Berdasarkan pemakaiannya, territorial umum dapat dibagi menjadi tiga: Syalls, Turns, dan Space.

a. Stalls
Stalls merupakan suatu tempat yang dapat disewa atau dipergunakan dalam jangka waktu tertentu, biasanya berkisar antara waktu lama dan agak lama. Contohnya adalah kamar-kamar di hotel, kamar-kamar di asrama, ruang kerja, lapangan tenis, sampai ke bilik telepon umum. Kontrol stalls terjadi pada saat penggunaan saja dan akan berhenti pada saat penggunaan waktu habis.

b. Turns
Truns mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka waktu penggunaan saja. Turns dipakai orang dalam waktu yang singkat, misalnya tempat antrian karcis, antrian bensin, dan sebagainya.

c. Use Space
Use Space adalah teritori yang berupa ruang yang dimulai dari titk kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang diamati seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang mengamati objek lukisan dalam suatu pameran, maka ruang antara objek lukisan dengan orang yang sedang mengamati tersebut adalah “Use Space” atau ruang terpakai yang dimiliki oleh orang itu, serta tidak dapat diganggu gugat selama orang tersebut masih mengamati lukisan tersebut.

Privasi suatu lingkungan dapat dicapai melalui pengontrolan territorial, karena di dalamnya tercakup pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang meliputi:
1. Kebutuhan akan identitas, berkaitan dengan kebutuhan akan kepemilikan, kebutuhan terhadap aktualisasi diri yang pada prinsipnya adalah dapat menggambarkan kedudukan serta peran seseorang dalam masyarakat.
2. Kebutuhan terhadap stimulsi yang berkaitan erat dengan aktualisasi dan pemenuhan diri.
3. Kebutuhan akan rasa aman, dalam bentuk bebas dari kecaman, bebas dari serangan oleh pihak luar, dan memiliki keyakinan diri.
4. Kebutuhan yang berkaitan dengan pemeliharaan hubungan dengan pihak-pihak lain dan lingkungan sekitarnya (Lang dan Sharkway dalam Lang, 1987).

Menurut Fisher dkk (1984), pada teori-teori utama, suatu keluarga memiliki peraturan-peraturan teritorial yang memfasilitasi berfungsinya rumah tangga. Hal ini mendukung organisasi soaial keluarga dengan cara memperbolehkan perilaku-perilaku tertentu dilakukan oleh beberapa anggotanya, pada daerah-daerah tertentu (misalnya: orang tua dapat membangun keintiman di kamat tidur tanpa terganggu). Dalam satu studi tentang teritorialitas dalam kehidupan keluarga, ditemukan bahwa orang-orang yang berbagi kamar tidur menunjukan perilaku territorial, seperti halnya individu-ivdividu di meja makan (misalnya: dengan adanya pola tempat duduk). Anggota keluarga umumnya menghormati tanda-tanda territorial yang lain, seperti misalnya pintu yang ditutup dan pelanggaran aturan-aturan teritorial seringkali berakibat pada penghukuman orang-orang yang melanggarnya.
Perilaku teritorial dalam kelompok tidak terbatas pada teritori utama saja. Lipman (1967) menemukan bahwa rumah peristirahatan membuat klaim yang hampir eksklusif atas kursi-kursi tertentu dalam ruang sehari-hari. Mereka mempertahankan “teritori” mereka meskipun akan mengakibatkan ketidaknyamanan fisik dan psikologis.
Suatu studi yang mendukung pula asumsi Altman (1975) tentang pembedaan konseptual antara teritori primer, sekunder dan umum. Taylor dan Stuogh (1978) menemukan bahwa subjek melaporkan merasa memiliki kendali yang lebih besar di teritori primer (misalnya kamar di asrama), diikuti oleh teoriti sekunder (misalnya secretariat perkumpulan) dan teoriti umum (misalnya tempat minum, bar atau kafetaria). Pada banyak penelitian, perasaan mengendalikan atau mengontrol ini berkaitan dengan perasaan puas dan sejahtera (sense of well being), seperti juga efek positif lainnya (misalnya implikasi yang menguntungkan terhadap kesehatan). Dan studi yang dilakukan oleh Edney (1975) terhadap mahasiswa Universitas Yale memperjelas manfaat tambahan dari perasaan merasa berada di wilayah sendiri. Penelitian ini dilaksanakan di kamar salah seorang dari pasangan yang ada, di suatu asrama (teritori primer), dimana anggota yang lain menjadi “tamu pengunjung”. Subjek yang berada diwilayahnya sendiri dinilai (rated) oleh si tamu lebih santai, daripada si pemilik tempat menilai tamunya, dan pemilik kamar menilai kamarnya lebih menyenangkan dan bersifat pribadi daripada si tamu. Pemilik kamar juga menunjukan perasaan kontrol pasif yang lebih besar. Pada studi yang berhubungan. Edney dan Uhlig (1977) melaporkan bahwa subjek yang terdorong untuk berfikir bahwa kamar tersebut adalah teritorinya lebih tidak bergairah, mengatribusikan perilakunya lebih kepada kamarnya, dan menemukan setting tersebut lebih menyenangkan daripada yang lainnya dalam kelompak kontrol.
Menurut Altman (1975), territorial bukan hanya alat untuk menciptakan privasi saja, melainkan berfungsi juga sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial. Perilaku teritorialitas manusia dalam hubungannya dengan lingkungan binaan dapat dikenal antara lain pada penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai demarkasi teritori yang di miliki seseorang, misalnya pagar halaman. Teritorialitas ini terbagi sesuai dengan sifatnya yaitu mulai dari yang privat sampai dengan publik. Ketidakjelasan pemilikan territorial akan menimbulkan gangguan terhadap perilaku.

C. Teritorialitas dan Perbedaan Budaya
Suatu studi menarik dilakukan oleh Smith (dalam Gifford, 1987) yang melakukan studi tentang penggunaan pantai orang-orang Perancis dan Jerman. Studi ini yang memiliki pola yang sama dengan studi yang lebih awal di Amerika, sebagaimana yang dilakukan oleh Edney dan Jordan-Edney (dalam Gifford,1987). Hasil dari ke dua penelitiam ini menunjukan bahwa penggunaan pantai antara orang Perancis, Jerman dan Amerika membuktikan sesuatu hal yang kontras. Smith menemukan bahwa dari ketiga budaya ini memiliki persamaan dalam hal respek. Sebagai contoh, pada ketiga kelompok menuntut ruang yang lebih kecil setiap orang. Kelompok yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, menuntut ruang yang lebih kecil, dimana wanita menuntut ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan pria. Sedangkan untuk respek, mereka memiliki kesulitan dengan konsep teritorialitas yang mengatakan bahwa “pantai untuk semua orang”. Orang jerman membuat lebih banyak tanda. Mereka sering sekali menegakan penghalang benteng pasir, suatu tanda untuk menyatakan bahwa area pantai disediakan untuk antara dua hari tertententu dan merupakan tanda yang disediakan untuk kelompok tertentu. Akhirnya, ukuran teritorialitas ternyata berbeda diantara ketiga budaya tersebut, wlaupun dengan bentuk yang dapat dikatakan sama. Orang Jerman lebih sering menintit teritorialitas yang lebih besar, tetapi pada ketiga budaya maupun dalam pembagian kelompok-kelompoknya menandai teritorialitas dengan suatu lingkaran yang sama. Orang Jerman lebih sering menuntut teritori yang lebih besar sekali, tetapi dari ketiga budaya tersebut secara individu menandai territorial dalam bentuk elips dan secara kelompok dalam bentuk lingkaran.
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/

Selasa, 22 Maret 2011

Ruang Personal

Ruang Persona, meliputi:
A. Pengertian Ruang Personal
B. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya

A. Pengertian Ruang Personal
Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antronologi, dan arsitektur (Yusuf, 1991).
Selanjutnya dikatakan bahwa studi personal space merupakan tinjauan terhadap perilaku hewan dengan cara mengamati perilaku mereka berkelahi, terbang, dan jarak sosial antara yang satu dengan yang lain. Kajian ini kemudian ditransformasikan dengan cara membentuk pembataas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi individu dengan individu lain.
Masalah menegnai ruang personal ini berhubungan dengan batas-batas di sekeliling seseorang. Menurut Sommer (dalam Altman, 1975) ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambar ruang personal sebagai jarak/daerah di sekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa indivdu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.
Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain: pertama, ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain. Kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri. Ketiga, pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi. Keempat, ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stres, dan bahkan perkelahian. Kelima, ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain: berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
Ada kecenderungan dari para peneliti untuk menyamankan ruang personal dengan suatu gelembung yang mengepung kita, dan memiliki sejumlah kegunaan. Sebagai contoh, Hayduk percaya bahwa ruang personal merupakan suatu bentuk tiga dimensional. Umumnya berbentuk silinder dan dari bentuknya kita dapat melihat bahwa bentuk tersebut ajeg pada bagian atas pinggang kita, tetapi kemudian makin menyampit dari pinggang ke bawah.
Dengan definisi ruang personal sebagai “batas yang tak terlihat yang mengelilingi kita, dimana orang lain tidak dapat melanggarnya”, maka ide ini dapat dikinotasikan secara jelas secara visual dari pada pemahaman yang hanya ditulis secara teoritis.
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat zona spasial yang meliputi: jarak intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak publik. Kajian ini kemudian dikenal dengan istilah Proksemik (kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam Altman, 1975).
Pertama, jarak intim adalah jarak yang dekat/akrab atau keakraban dengan jarak 0-18 inci. Menurut Hall pada jarak yang akrab ini kemunculan orang lain adalah jelas sekali dan mungkin suatu saat akan menjadi sangat besar karena sangat meningkatnya masukan panca indera. Penglihatan, panas tubuh orang lain, suara, bau, dan tarikan nafas, semuanya menyatu sebagai tanda yang sangat jelas tentang keterlibatan orang lain. Pada jarak 0-6 inci (fase dekat pada jarak intim), kontak fisik merupakan suatu hal yang teramat penting. Hall menggambarkan bahwa pada jarak ini akan mudah terjadi pada saat seseorang sedang bercinta , olahraga gulat, saling menyenangkan, dan melindungi. Pada jarak ini kemungkinan untuk menerima dan menyampaikan isyarat-isyarat komunikasi adalah sangat luar biasa. Seseorang dapat melihat dengan jelas keseluruhan orang yang sedang dihadapinya seperti tekstur kulitnya, kerut dan cacat wajahnya, warna matanya, tingkat kepu tihan bola matanya, kerutan pada keningnya, dan mulutnya. Pada jarak sedekat itu kita lebih dari sekedar melihat.
Zona yang kedua adalah personal distance (jarak pribadi), yang memiliki jarak antara 1,5-4 kaki. Jarak ini adalah karateristik kerenggangan yang biasa dipakai individu satu sama lain. Gangguan diluar jarak ini menjadi tidak menyenangkan. Jarak pribadi ini masih mengenal pembagian fase menjadi dua: fase dekat (1,5-2,5 kaki) dan fase jauh (2,5-4 kaki). Pada fase dekat masih memungkinkan banyak sekali pertukaran sentuhan, bau, pandangan, dan isyarat-isyarat lainnya, meski tidak sebanyak pada intimate distance. Otot-otot wajah, pori-pori-, dan rambut wajah, masih nampak/dapat dilihat, sama halnya pada intimate zone. Hall merasa bahwa ada fase dekat pada jarak personal ini diperuntukan bagi pasangan intim. Pada fase jauh yang meliputi jarak 2,5-4 kaki, jaraknya dapat memanjang sampai jarak dimana masing-masing orang dapat saling menyentuh dengan menglurkan tangannya. Di luar jarak ini menurut Hall seseorang tidak dapat dengan mudah memegang tangan orang lain. Pada jarak ini komunikasi halus (fine grain communication) masih dapat diamati, termasuk warna rambut, tekstur kulit, dan roman muka. Isyarat suara masih banyak, namun bau dan panas tubuh kadang-kadang tigak terdeteksi jika tidak menggunakan parfum. Zona jarak pribadi adalah transisi antara kelompok intim dengan tingkah laku umum yang agak formal.
Daerah ketiga adalah jarak sosial (social distance), yang mempunyai jarak 4-25 kaki dan merupakan jarak-jarak normal yang memungkinkan terjadinya kontak sosial yang umum serta hubungan bisnis. Dalam penelitian disuatu kantor terbukti bahwa pada susunan bangku-bangku dan perabotan milik kantor sering disusun ternyata secara tak sengaja berdasarkan pada zona jarak sosial.
Pada bagian yang dekat dengan zona sosial atau pada jarak 4-7 kaki, kontak sosial tidak begitu terselaraskan dengan baik dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Isyarat-isyarat vokal seperti kekerasan dan tinggi rendahnya suara dapat dengan mudah dideteksi, tetapi panas tubuh dan isyarat-isyarat sentuhan lainnya menjadi relatif tidak penting. Interaksi diantara orang yang secara dekat bekerja sama dan diantara perkenalan-perkenalan yang terjadi secara kebetulan pada jarak ini, dan hal itu adalah jarak yang dapat diterima dan pantas dalam lingkungan umum. Hasil pengamatan Hall, bahwa orang-orang yang ada dibandara atau dalam percakapan umum dijalan-jalan dan kantor-kantor seringkali menjaga jarak satu sama lain dalam range ini.
Fase yang ketiga adalah fase jauh atau dalam jarak 7-12 kaki, seringkali lebih formal, dimana pengamatan visual secara terinci seringkali terlawatkan , meskipun seluruh tubuh orang lain dapat dengan mudah dilihat. Panas tubuh, sentuhan dan bau biasanya tidak lagi ada pada jarak ini.
Daerah yang keempat/terakhir pada zona publik, yaitu pada jarak 12-25 kaki atau jarak-jarak dimana isyarat-isyarat komunikasi lebih sedikit dibandingkan daerah-daerah terdahulu. Jarak ini secara khusus disediakan untuk situasi-situasi formal atau pembicaraan umum atau orang-orang yang berstatus lebih tinggi, misalnya dalam kelas.

B. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya
Dalam studi lintas budaya yang berkaitan dengan ruang personal, Hall (dalam Altman, 1976) mengamati bahwa norma dan adat istiadat dari kelompok budaya dan etnik yang berbeda akan tercermin dari penggunaan ruang (space)-nya, seperti susunan perabot, konfigurasi tempat tinggal, dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan individu lainnya. Hall menggambarkan secara kualitatif bagaiamana anggota dari bermacam-macam kelompok budaya tersebut memiliki kebiasaan spasial yang berbeda. Orang Jerman lebih sensitif terhadap gangguan, memiliki gelembung ruang personal yang lebih besar, dan lebih khawatir akan pemisahan fisik ketimbang orang Amerika. Sementara itu, orang Inggris merupakan orang-orang pribadi (private people). Akan tetapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain dengan menggunakan sarana-sarana verbal dan non varbal (seperti karakter suara dan kontak mata) dibandingkan dengan sarana fisik atau lingkungan. Orang-orang Perancis berinteraksi dengan keterlibatan yang lebih dalam. Kebiasaan mereka berupa rasa estetika terhadap fashion merupakan bagian fungsi dari gaya hidup dan pengalaman.
Dalam eksperimen Waston & Graves (dalam Gifford, 1987), yang mengadakan studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sampel kelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang diminta datang kelaborotorium. Siwa-siswa ini diberitahu bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah. Kelompok pertama terdiri dari orang-orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika. Rerata jarak interpersonal yang dipakai orang Arab kira-kira sepanjang dari perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak inerpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orang-orang arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya lebih langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.
Mengikuti Hall, Watson (dalam Gifford, 1987) menegaskan bahwa budaya dapat dibagi menjasi dua: budaya kontak dan budaya non kontak. Suatu studi menemukan bahwa pada siswa-siswa dari budaya kontak (Amerika latin, Spanyol, dan Maroko) duduk berjauhan satu sama lain daripada siswa-siswa dari kebudayaan non kontak (yaitu Amerika). Penelitian ini dibantah oleh shuter, yang menjelaskan adanya bahaya dalam generalisasi yang mengatakan bahwa semua orang Amerika Latin menggunakan sejumlah ruang tertentu. Orang Costa Rika menyukai jarak personal yang lebih dekat daripada orang Panama atau Kolombia. Sussman dan Rosenfeld (dalam gifford, 1987) menemukan bahwa orang Jepang menggunakan jarak personal yang lebih besar daripada orang Amerika, yang menggunakan lebih besar daripada orang Venezuela. Akan tetapi orang Jepang dan Venezuela bernicara dalam bahasa Inggris, jarak percakapan mereka seprti orang Amerika. Bahasa sebagai bagian penting dari kebudayaan dapat mengubah kecenderungan budaya seseorang untuk menggunakan jarak inertpersonal yang lebih atau kurang.
Hall (dalam Altman, 1976) menggambarkan bahwa kebudayaan arab memiliki pengindraan yang tinggi, dimana orang-orang berinteraksi dengan sangat dekat: hidung ke hidung, menghembuskan nafas dimuka orang lain, bersentuhan dan sebagainya. Kebudayaan Arab (juga Mediterania dan Latin) cenderung berorientasi pada “kontak” dibandingkan dengan Eropa Utara dan kebudayaan Barat. Jarak yang dekat dan isyarat-isyarat sentuhan, peciuman, dan panas tubuh tasnpaknya merupakan hal yang lazim “budaya kontak”
Hall (dalam Altman, 1976) juga mengamati bahwa orang-orang Jepang menggunakan ruang secara teliti. Hal ini diduga merupakan respon terhadap populasi padat. Keluarga-keluarga Jepang mempunyai banyak kontak interpersonal yang dekat, seringkali tidur bersama-sama dalam suatu ruangan dengan susunan yang tidak beraturan atau melakukan berbagai aktivitas dalam ruangan yang sama. Pengaturan taman, pemandangan alam, dan bengkel kerja merupakan bentuk dari kreatvitas dengan tingkat perkembangan yang tinggi yang saling pengaruh-mempengaruhi diantara semua rasa yang ada, menunjukan pentingnya adanya hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

http://elearning.gunadarma.ac.id/

Selasa, 15 Maret 2011

KESESAKAN

I. Pengertian Kesesakan
Menurut Stokols (dalam Sarwono, 1994) kesesakan adalah perasaan sempit dan tidak memiliki cukup ruang yang bersifat subjektif. Menurut Reksadjaya (1987) mengatakan kesesakan atau crowding adalah satu pengalaman yang tidak menyenangkan, keadaan ini dapat mengubah berbagai reaksi psikologis dan bahkan reaksi fisiologis seperti meningkatnya keluhan-keluhan sakit, kurang sehat dan keluhan lain dapat disimpulkan adanya peningkatan rasa tertekan atau stress.
Menurut Worchel dkk (dalam Myers, 1987), ketika tempat yang tersedia tidak cukup untuk kegiatan tertentu kita akan merasa terdesak, emosi kita akan bangkit, dan sesak. Sedangkan menurut Rapport (dalam Prabowo, 1990) kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besar ruangan dirasa tidak mencukupi sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruangan yang tersedia.
Jadi berdasar definisi diatas dapat disimpulkan kesesakan adalah perasaan sempit dan tidak memiliki cukup ruang, dimana besar ruangan dirasa tidak mencukupi sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruangan yang tersedia.

2. Teori – Teori Kesesakan
Menurut Hollahan (1982) untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga model teori, yaitu :
a. Teori Beban stimulus
Schmidt dan Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus disini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek – aspek interaksinya, maupun kondisi – kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya infornasi dapat terjadi karena beberapa faktor, sepert
a) Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan
b) Jarak individu (dalm arti fisik) yang terlalu dekat
c) Suatu percakapan yang tidak dikehendaki
d) Terlalu banyak mitra interaksi
e) Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalau lama

b. Teori Ekologi
Micklin (dalam Prabowo, 1998) mengemukakan sifat – sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbale balik antar orang dengan lingkungan. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan yang sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber – sumber material dan sosial.
Wicker (dalam Prabowo, 1998) mengemukakan teorinya tentang manning, teori ini terdiri dari atas pandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor setting dimana hal itu terjadi, misalnya pertunjukkan ketoprak atau pesta ulang tahun.
Analisis terhadap setting menurut Wicker (dalam Prabowo, 1998) meliputi :
1. Maintenance minimum,
Yaitu jumlah minimum manusia yang mendukung suatu setting agar suatu aktivitas dapat berlangsung. Contoh bila suatu ruang tidur ukuran 4 x 3 meter biasa dipakai oleh anak – anak supaya tidak terlalu sesak dan tidak terlalu longgar.
2. Capacity
Jumlah maximum penghuni yang dapat ditampung oleh seting tersebut (jumlah orang yang akan duduk diruang tamu bila sedang dilaksanakan hajatan).
3. Applicant
Jumlah penghuni yang mengambil bagian dalam suatu seting. Applicant dalam seting rumah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Performer, yaitu jumlah orang yang memegang peranan utama, dalam hal ini suami – istri.
b) Non – Performer, yaitu jumlah orang yang terlibat dalam peran – peran sekunder, dalam hal ini anak – anak atau orang lain dalam keluarga.

c. Teori Kendala Perilaku
Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesak bila kepadatan atau kondisi lain yang berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat.
Menurut Sears dkk (1988) tentang teori rasa sesak manusia dibagi menjadi tiga yaitu : beban indra berlebihan, intensitas kepadatan, hilangnya kendali.
a) Beban indra yang berlebihan
Migram (dalam Sears, 1998) menyatakan bahwa bila orang dihadapkan pada stimulus yang terlalu banyak, dia akan mengalami beban indra yang berlebihan dan tidak akan dapat menghadapi semua stimulus itu.
b) Intensitas kepadatan
Menurut Fredman (dalam Sears, 1998) menjelaskan bahwa kepadatandapat menguatkan reaksi yang umum terhadap situasi sosial. Sebagaimana peningkatan volume gramofom dapat memperkuat reaksi kita terhadap music, demikian juga peningkatan kepadatan dapat memperkuat reaksi terhadap orang lain.
c) Hilangnya kendali
Kepadatan tinggi bisa menyebabkan orang merasa kurang memikirkan terhadap tindakannya sehingga menimbulkan perasaan sesak ( Baron & Rodin dalam Sears dkk, 1998). Pengendalian berkaitan erat dengan kemampuan untuk memprediksi situasi yang akan terjadi dan dalam kondisi kepadatan tinggi, orang mungkin mengganggu aktifitas orang lain sehingga menimbulkan perasaan frustasi dan marah (Schopler & Stockdale dalam Sears, 1992).
Telah jelas dikatakan bahwa kesesakan merupakan persepsi dari kepadatan.

3. Aspek – aspek kesesakan
Zlutnick dan Altman (dalam Heimstra & McFarling, 1978) mengemukakan aspek – aspek yang berhubungan dengan kesesakan. Aspek – aspek tersebut dibagi dalam tiga aspek, yaitu :
a. Aspek situasional
Yaitu faktor – faktor yang berhubungan dengan situasi tertentu, misalnya jumlah orang perunit rumah, jumlah orang di luar rumah, karakteristik tempat (seperti tipe kamar) dan lain – lain.
b. Aspek interpersonal
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan interaksi dengan berbagai cara, antara lain mengunci diri dalam ruangan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Aspek psikologis
Yaitu bahwa pengalaman masa lampau dan kepribadian seseorang merupakan hal penting dalam menentukan apakah kesesakan dialami dalam situasi tertentu.


4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesesakan
Menurut Prabowo (1998) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan yaitu : personal, sosial, dan fisik, yang akan dibahas satu persatu.
a. Faktor personal, faktor personal terdori dari control pribadi dan locus of control : budaya, pengalaman, dan proses adaptasi, serta jenis kelamin dan usia.
1) Control pribadi dan locus of control
Seligman dkk (dalam Worchel & Cooper, 1983) mengatakan bahwa kepadatan tinggi baru akan menghasilkan kesesakan apabila individu sudah tidak mempunyai control terhadap lingkungan di sekitarnya.
Individu yang mempunyai locus of control internal, yaitu kecenderungan individu untuk mempercayai bahwa keadaan di dalam dirinyalah yang berpengaruh terhadap kehidupannya diharapkan dapat mengendalikan kesesakan yang lebih baik daripada individu yang mempunyai locus of control eksternal.
2) Budaya, pengalaman, dan proses adaptasi
Sundsstrom (dalam Glifford, 1987) pengalaman pribadi dalam kondisi padat dimana kesesakan terjadi dapat mempengaruhi tingkat toleransi. Bell dkk (1978) semakin sering stimulus muncul maka akan timbul proses pembiasaan yang bersifat psikologis (adaptasi) dan fisik (habituasi) dalam bentuk respon yang menyebabkan kekuatan stimulus jadi melemah. Karena proses pembiasaan ini berhubungan dengan waktu, maka dalam kaitannya dengan kesesakan di kawasan tempat tinggal, lamanya individu tinggal di kawasan tersebut akan mempengaruhi perasaan sesaknya.
3) Jenis kelamin dan usia
Pria lebih berpengalaman akan kesesakan dibandingkan wanita, karena wanita lebih menunjukkan sikap – sikap reaktif terhadap kondisi tersebut. Sikap reaktif itu tercermin dalam sikap yang lebih agresif, kompetitif, dan negative (Altman, 1975;Freadman, 1975;Holahan, 1982).
Menurut Holahan (1982) gejala reaktif terhadap kesesakan juga lebih terlihat pada individu yang usianya lebih muda dibandingkan yang lebih tua.
Menurut (Altman dalam Prabowo, 1998) kondisi kesesakan yang ekstrim akan timbul bila faktor – faktor di bawah ini muncul secara stimulant :
1. Kondisi – kondisi pencetus terdiri dari tiga faktor :
a. Faktor – faktor situasional, kepadatan ruang yang tinggi dalam jangka waktu yang lama.
b. Faktor – faktor personal, seperti kurangnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang padat.
c. Kondisi interpersonal, seperti gangguan sosial, ketidakmampuan memperoleh sumber – sumber kebutuhan, dan gangguan – gangguan lainnya.
2. Serangkaian faktor – faktor organismik dan psikologis seperti stress, kekacauan pikiran, dan perasaan kurang enak badan.
3. Respon – respon pengatas, meliputi beberapa perilaku verbal dan non verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress dalam mencapai interaksi yang diinginkan.
b. Faktor sosial
Menurut Gifford (1987) faktor – faktor sosial yang berpengaruh tersebut adalah :
1) Kehadiran dan perilaku orang lain
Kehadiran orang lain akan menimbulkan perasaan sesak bila individu merasa terganggu dengan kehadiran orang lain.
2) Formasi koalisi
Keadaan ini didasari pada pendapat yang mengatakan bahwa meningkatnya kepadatan sosial akan dapat meningkatkan kesesakan. Keadaan negative yang mucul akibat akibat meningkatnya kepadatan sosial, berupa stress, perasaan tidak enak.
3) Kualitas hubungan
Kesesakan sangat dipengaruhi oleh seberapa baik seorang individu dapat bergaul dengan orang lain Patersson (dalam Gifford, 1987).
4) Informasi yang tersedia
Kesesakan juga dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk informasi yang muncul sebelum dan selama mengalami keadaan yang padat. Individu yang tidak mempunyai informasi tentang kepadatan akan merasa lebih sesak disbanding yang sudah tahu dulu (Fhiser & Baum dalam Gifford, 1987).
c. Faktor fisik
Gove dan Hughes (1983) mengatakan terdapat faktor situasional sekitar rumah sebagai faktor yang juga mempengaruhi kesesakan. Seperti panas, polusi, suara gaduh, dan lain – lain. Faktor situasional itu antara lain :
1) Besarnya skala lingkungan
Kesesakan dipengaruhi oleh skala geografis yang dipergunakan untuk melihat situasi itu dan perbadaan faktor masing – masing skala yang menyebabkan individu menyimpulkan bahwa dirinya merasa sesak. Perasaan sesak yang terjadi pada skala kecil (tempat tinggal) sebaiknya diprediksikan dengan faktor – faktor fisik dan psikologis, tetapi bila terjadi pada skala yang lebih besar akan lebih baik bila diprediksikan hanya dengan faktor psikologis. Tanda – tanda psikologis seperti sikap terhadap kaum urban.
2) Variasi arsitektual
McCartey dan Saegert (dalam Gifford, 1987) mengatakan bila individu di bangunan vertical dapat menyebabkan perasaan sesak yang lebih besar ketimbang hidup di bangunan horizontal. Contoh: rendahnya rasa aman, sulit mencapai privacy, ada hubungan yang tidak erat di antara sesame penghuni.
Altman (1975) menambahkan faktor situasional sebagai faktor yang mempengaruhi kesesakan. Stressor yang menyertai seperti gaduh, panas, polusi, tipe suasana (suasana kerja – rekreasi), dan karakteristik seting (tipe rumah, tingkat kepadatan).

4. Pengaruh Kesesakan terhadap Perilaku
Banyak literature data penelitian yang membahas tentang pengaruh kesesakan terhadap kehidupan manusia.
Freedman (1975) memandang kesesakan sebagai suatu keadaan yang dapat bersifat positif maupun negative tergantung dari situasinya.
Proshansky, dkk (1976) dan Aktman (1975) juga memiliki asumsi yang sama dengan Freedman. Kesesakan mempunyai konotasi positif maupun negative.
Pendapat Altman itu didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Bharucha-Reid dan Kiyak (1982). Mereka melakukan penelitian tentang kepadatan dengan mengambil tiga varabel lingkungan, yaitu: kebisingan, kepadatan sosial, dan kepadatan ruang, yang dikombinasikan dengan karakteristik kepribadian.
Pengaruh negative kesesakan tercermin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresifitas meningkat, dan bahkan juga gangguan mental yang serius.
Individu yang berada dalam kesesakan juga akan mengalami malfungsi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala-gejala psikosonatik, dan penyakit-penyakit fisik yang serius (Worchel and Cooper, 1983).
Worchel dan Cooper (1983) juga mengutip beberapa penelitian yang dilakukan dalam skala kecil. Perilaku sosial yang sering timbul karena situasi yang sesak antara lain adalah kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong-royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, berkembangnya sikap acuh tak acuh, dan semakin berkurangnya intensitas hubungan sosial (Holahan, 1982).
Ditambahkan oleh Ancok (1989), perasaan sesak (crowding) di dalam rumah akan menimbulkan beberapa permasalahan antara lain :
1. Menurunnya frekuensi hubungan sex
2. Memburuknya interaksi suami istri
3. Memburuknya cara pengasuhan anak
4. Memburuknya hubungan dengan orang-orang di luar rumah
5. Meningkatnya ketegangan dan gangguan jiwa

Penyebab terjadinya kelima permasalahan di atas adalah karena kebutuhan ruangan yang sifatnya personal tidak terpenuhi. Hal ini menyebabkan banyak perilaku untuk memenuhi keinginan (goal directed behavior) tidak terselesaikan.
Sementara itu bebrapa penelitian lain juga mencoba menunjukkan pengaruh negative kesesakan terhadap perilaku. Fisher dan Byrne (dalam Watson dkk, 1984) menemukan bahwa kesesakan dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menyelesaikan tugas yang kompleks, menurunnya perilaku sosial, ketidaknyamanan dan berpengaruh negative terhadap kesehatan dan menaikkan gejolak fisik seperti naiknya tekanan darah (Evans, 1979).
Dari sekian akibat negative kesesakan pada perilaku manusia, Brigham (1991) mencoba menerangkan dan menjelaskannya menjadi (1) pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang menekankan perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain; (2) keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggunya kebebasan memilih; (3) control pribadi yang kurang dan (4) stimulus yang berlebih.
Walaupun pada umumnya kesesakan berakibat negative pada perilaku seseorang, tetapi menurut Altman (1975) dan Watson (1984), kesesakan kadang memberikan kepuasan dan kesenangan. Hal ini tergantung pada tingkat privasi yang diinginkan, waktu dan situasi tertentu, serta seting kejadian. Situasi yang memberikan kepuasan dan kesenangan bisa kita temukan, misalnya pada waktu melihat pertunjukkan music, pertandingan olah raga atau menghadiri reuni atau resepsi.


http://elearning.gunadarma.ac.id/