Minggu, 13 Februari 2011

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Sebelum kita mengenal istilah psikologi lingkungan yang sudah baku, Beberapa istilah lain telah mendahuluinya. Semula lewin pada tahun 1943 memberikan istilah ekologi psikologi. Lalu egon brunswik dengan beberapa mahasiswanya mengajukan istilah ekologi psikologi. Pada tahun 1947, Roger Barker dan Herbert Wright memperkenalkan istilah seting prilaku untuk suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusia sehari hari.
Menurut Heimstra dan Mc Farling menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik. Giffort (1987) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai studi dari transaksi antara individu dengan seting fisiknya sementara itu Proshansky, Ittleson dan Rivlin menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah apa yang dilakukan oleh psikolog lingkungan. Ahli lain seperti Canter dan Craik mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah aera psikologi yang melakukan konjungsi dan analisis tentang transaksi dan hubungan antara pengalaman dan tidakan-tindakan yang berhubungan dengan lingkungan sosiofisik. Sedangkan menurut Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multi disiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, Yang memfokuskan interelasi antara prilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.
Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka. Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang. Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.
Dan dilihat dari ruang Lingkup Psikologi Lingkungan lebih jauh nmembahas: Rancangan, Organisasi dan pemaknaan, Ataupun hal-hal yang lebih spesifik seperti ruang-ruang, Bangunan-bangunan, Ketetanggan, Rumah sakit dan ruang-ruangnya, Perumahan, Apartemen, Museum, Sekolah, Mobil, Pesawat, Teater, Ruang tidur, Kursi, Seting kota, Tempat rekreasi, Hutan alami, Serta seting-seting lain padalingkup yang berfariasi (proshansky,1974).
*Ambient Condition dan Architectural Features
Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik wrighstman dan deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan yang meliputi:
1. Ambient Condition
Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, Cahaya atau penerangan, Warna, Kualitas udara, Temoeratur, Dan kelembapan.
2. Architectural Features
Yang tercakup didalamnya adalah seting-seting yang bersifat permanen. Misalnya di dalam suatu ruangan, Yang termasuk di dalamnya antara lain kofigurasi dinding, Lantai, Atap, Serta pengaturan perabot dan dekorasi.


http://www.elearning.gunadarma.ac.id/
http://www.anneahira.com/psikologi-lingkungan.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar