Sabtu, 27 November 2010

Klasifikasi Asumsi Motivasi, EDGAR SCHEIN :

a) Rational economic
b) Sosial man
c) Self actuating
d) Complex Man = motifnya banyak, berubah-ubah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)
5. Self – Actualization Needs
4. Self – Esteem Needs
3. Social Needs
2. Security Needs
1. Psychological Needs

(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)

TEORI MOTIVASI

a) Teori hierarki kebutuhan A.H. Maslow
Menyusun tingkat kebutuhan manusia

b) Teori ERG, Alderfer, E = eksistensi = kebutuhan fisiologis, R = relatednes = afiliasi G = growth = produksi/kreasi

c) Teori 2 faktor Frederick Herzberg :
(1)factor kesehatan selaras dengan E dan R,
(2)factor motivasi selaras G.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
a. Satisfiers = intrinsic factor
Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
b. Dissatisfiers = extrinsic factor


d) Teori harapan, Vroom:
1)outcome = hasil, suatu perilaku menghasilkan suatu hasil.
2)Valensi, nilai/tingkat hasil dari macam prioritas.
3)harapan usaha = expectasi, hasil itu dapat diusahakan/keyakinan.


e) Teori Persepsi, Pace & Faules : berkaitan dengan vitalitas kerja
(1)berapa jauh harapan karyawan dipenuhi organisasi,
(2)apa yang dipikirkan karyawan tentang peluangnya dalam organisasi, (3)bagaimana pendapat karyawan mengenai seberapa pemenuhan yang diperoleh dari pekerjaan dalam organisasi,
(4)bagaimana persepsi karyawan mengenai kinerja mereka dalam organisasi.

f) Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
1) Need of power
2) Need of affiliation
3)Need of achievement

Definisi MOTIVASI

Jack Haloran : motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri, bukan rangsangan dari luar.
Dua macam kegiatan :
a)kegiatan yang terarah ke tujuan.
b)kegiatan tujuan, terikat kepada tujuan (goal activity).

(1) Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri
(intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.

(2) Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

(3) Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah
pada tercapainya tujuan organisasi.

Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.

Minggu, 21 November 2010

DIMENSI KOHESIVITAS KELOMPOK

Forsyth (1999) ada empat dimensi kohesivitas kelompok, yaitu :

a. Kekuatan Sosial
Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari anggota tersebut membuat mereka bersatu.

b. Kesatuan dalam kelompok
Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok.

c. Daya tarik
Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik.

d. Kerja sama kelompok
Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.

Faktor-Faktor Yang Dapat Menurunkan Tingkat Kohesivitas Kelompok

Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.

a. Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.

b. Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOHESIVITAS KELOMPOK

a. Kesamaan nilai dan tujuan
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
b. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
c. Status kelompok
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
d. Penyelesaian perbedaan
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
e. Kecocokan terhadap norma-norma
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
f. Daya tarik pribadi
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
g. Persaingan antar kelompok
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
h. Pengakuan dan penghargaan
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
i. Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
j. Persaingan intern antar anggota kelompok
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
k. Dominasi
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Pengertian Kohesivitas Kelompok

Menurut George & jones (2002) Kohesivitas adalah anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu sama lain.
Menurut Meshane & Glinow, Kohesivitas merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok.
Menurut Greenberg (2005), Kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok.
Menurut Robbins (2001), Kohesivitas adalah sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut.
Menurut Gibson (2003), Kohesivitas adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain.
Certo, s (2003), Kohesivitas adalah memiliki anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami tekanan dalam kelompok.
Forsyth (1999), Kohesivitas adalah Kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan didalamnya terdapat semangat yang tinggi.

Jadi, KOHESIVITAS merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok.

Minggu, 14 November 2010

Dampak Negatif Groupthink

Beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok dalam membuat keputusan, yaitu :
1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.
2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji ulang.
3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.
5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota.
6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan antisipasinya.
7. Sasaran kebijakan tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.

Asumsi Groupthink

Menurut West & Turner (2007) Asumsi penting dari groupthink ada 3 yaitu:
1. Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.
2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.

Faktor-Faktor Groupthink

Berdasarkan penelitian yang berkembang diperoleh hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu (Sarwono, 1999) :
1. Faktor Anteseden
Kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
2. Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok, dari pada yang menggunakan sistem suara terbanyak .
3. Faktor Ikatan Sosial-Emosional
Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang ikatannya lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya.
4. Toleransi terhadap Kesalahan
Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan-kesalahan dibiarkan dari pada tidak ada toleransi atas kesalahan-kesalahan yang ada .
Setelah dilakukan pengujian atas berbagai hipotesis tersebut, serta didukung oleh data-data historis dari peristiwa sukses di Amerika khususnya disebabkan oleh proses yang baik dalam pembuatan keputusan kelompok, maka ada beberapa saran untuk pemimpin kelompok, sebagai upaya mencari jalan keluar dari belenggu pikiran kelompok. Untuk itu pemimpin kelompok perlu melaksanakan aktifitas dengan mengkondisikan kelompok seperti berikut ini.
1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan sengaja konsekuensinya.
2. Ditekankan perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain.
3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan menguraikan keraguan.
4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.
5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari setiap anggota.
6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan lainnya yang dinilai membahayakan.
7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda.
8. Menyediakan waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok, guna mengkritisi atau menolak pandangan kelompok.
9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok.
10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan.

Kritik Teori Groupthink

Teori groupthink juga tak lepas dari kritik. Mereka yang mengkritik teori ini, antara lain adalah:
1. Aldag dan Fuller (1993)
Menurut Aldag dan Fuller, analisis groupthink bersifat retrospektif (berlaku surut), sehingga Janis dapat mengambil bukti-bukti yang mendukung teorinya saja. Keterpaduan kelompok itu sendiri belum tentu menimbulkan pikiran kelompok. Misalnya perkawinan dan keluarga, dapat tetap terpadu atau kohesif tanpa menimbulkan pikiran kelompok, dengan tetap membiarkan perbedaan pendapat tanpa mengurangi keterpaduan itu sendiri.
2. Tetlock, dkk (1992)
Tetlock, et.al menilai, fakta sejarah membuktikan bahwa ada juga kelompok-kelompok yang sudah mengikuti prosedur yang baik, namun tetap melakukan kesalahan, misalnya ketika Presiden Carter dan penasehat-penasehatnya merencanakan pembebasan sandera di Iran pada tahun 1980. Operasi itu gagal total dan Amerika Serikat dipermalukan, walaupun kelompok itu sudah mengundang berbagai pendapat dari luar dan memperhitungkan segala kemungkinan secara realistik.
http://edsa.unsoed.net/?p=72

Teori Groupthink

Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L Janis. Melalui karya ’Victims of Groupthink : A Psychological Study of Foreign Decisions and Fiascoes (1972)’, Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat (kebulatan suara) telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Dari sinilah groupthink dapat didefinisikan sebagai satu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukkan tumbuhnya kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok (Mulyana, 1999: ).
Sementara groupthink menurut Rakhmat (2005) adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, di mana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Dalam definisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih spesifik terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat merugikan kelompok (Sarwono, 1999). Selanjutnya diperjelas oleh Janis, bahwa kelompok yang sangat kompak (cohesiveness) dimungkinkan terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompk ini, sehingga mengorbankan proses keputusan yang baik dari proses tersebut. Adapun proses dalam rangka pembuatan keputusan dalam kelompok, secara umum digambarkan sebagai berikut (Littlejohn, 1989).
http://edsa.unsoed.net/?p=72

Mencegah Groupthink

Menurut Irving Janis, pengambilan keputusan kelompok tidak selalu menggunakan groupthink. Irving Janis menyusun tujuh cara mencegah groupthink:
1. Pemimpin harus menetapkan setiap peran anggota "evaluator kritis". Hal ini memungkinkan setiap anggota untuk bebas dari keberatan dan keraguan.
2. tidak boleh menyatakan pendapat ketika menetapkan tugas ke kelompok.
3. Organisasi harus membuat beberapa kelompok independen, bekerja pada masalah yang sama.
4. Semua alternatif yang efektif harus diperiksa.
5. Setiap anggota harus mendiskusikan ide-ide kelompok dengan orang-orang terpercaya di luar kelompok.
6. Kelompok tersebut harus mengundang ahli dari luar ke dalam pertemuan. Anggota kelompok harus dibiarkan untuk mendiskusikan dengan dan pertanyaan para ahli luar.
7. Setidaknya satu anggota kelompok harus diberi peran sehingga menjadi orang yang berbeda untuk setiap pertemuan.

Solusi Groupthink

Beberapa gejala groupthink adalah:
·Menggunakan kelompok pembentuk kebijakan yang bertanggung jawab kepada kelompok yang lebih besar
·Setelah pemimpin tetap tidak memihak
·Menggunakan kelompok kebijakan yang berbeda untuk tugas yang berbeda
·Membagi ke dalam kelompok dan kemudian mendiskusikan perbedaan
·Membahas dalam sub-kelompok dan kemudian melaporkan kembali
·Menggunakan pakar dari luar
·Menggunakan menganjurkan Devil's untuk pertanyaan semua ide kelompok
·Memegang "kedua kesempatan pertemuan" untuk menawarkan satu kesempatan terakhir untuk memilih lain tindakan

Gejala groupthink

Beberapa gejala groupthink adalah:
·Memiliki ilusi kekebalan
·Keputusan rasionalisasi miskin
·Percaya dalam moralitas kelompok
·Berbagi stereotip yang membimbing keputusan
·Berolahraga langsung tekanan pada orang lain
·Tidak mengekspresikan perasaan sejati Anda
·Mempertahankan suatu ilusi kebulatan suara
·Menggunakan mindguards untuk melindungi kelompok dari informasi negatif

Penyebab Groupthink

Kohesi kelompok akan menimbulkan groupthink jika salah satu dari dua kondisi berikut yang hadir:
·Kesalahan struktural dalam organisasi: isolasi kelompok, kurangnya tradisi kepemimpinan yang tidak memihak, kurangnya norma-norma yang memerlukan prosedur metodologi, homogenitas dari latar belakang sosial anggota dan ideologi.
·Provokatif konteks situasional: stres yang tinggi dari ancaman eksternal, kegagalan baru-baru ini, kesulitan yang berlebihan pada tugas pengambilan keputusan, dilema moral.
Menurut Clark McCauley tiga kondisi di mana groupthink terjadi:
·Homogenitas anggota dari latar belakang sosial dan ideologi.
·Isolasi kelompok dari sumber luar informasi dan analisis.
·Kepemimpinan direktif.

Pengertian GROUPTHINK

Groupthink adalah jenis pemikiran dalam dalam kelompok sangat kohesif yang anggotanya mencoba untuk meminimalkan konflik dan mencapai konsensus tanpa kritis pengujian, analisis, dan mengevaluasi ide-ide. Ini adalah konsekuensi negatif kedua potensi kohesi kelompok.

Groupthink adalah konsep yang diidentifikasi oleh Irving Janis 9 yang mengacu pada keputusan yang salah-keputusan dalam kelompok. Groups mengalami groupthink tidak mempertimbangkan semua alternatif dan mereka keinginan kebulatan dengan mengorbankan kualitas keputusan.

Kondisi :
Groupthink terjadi ketika kelompok-kelompok sangat kohesif dan ketika mereka berada di bawah tekanan besar untuk membuat keputusan yang berkualitas.

Pengertian Deindividuasi

Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya. Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.

Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepitone, & Newcomb, 1952).

Menurut Mullen (1986) dapat membawa individu kepada perilaku yang diluar batas-batas norma. Pada kumpulan orang beringas yang sedang menyiksa korban, semakin besar jumlah mob, semakin lupa diri dan semakin kejam kelakuannya, sampai mereka mau menbakar korban hidup-hidup, memotong-motong korban, dan sebagainya. Pengertian evaluatif terhadap diri sendiri sangat menurun karena semua orang melakukannya. Orang jadi dapat mengatribusikan perilakunya sendiri kepada situasi diluar dirinya, bukan pada kemauan melainkan atau pilihannya sendiri.

Menurut Myers (1986) Dikalangan militer, pemakaian baju seragam juga dimaksudkan untuk memungkinkan Deindividuasi dalam keadaan anonim para prajurit lebih berani dalam bertempur. Akan tetapi, pakaian seragam adakalanya justru menurunkan agresivitas.

Minggu, 07 November 2010

Pembentukan Kelompok Dalam Tahap Performing

Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Proses terjadinya kelompok
Perasaan=Motivasi=Tujuan=Interaksi=Pembentukan=Perpecahan= Penyesuaian= Perubahan=Perasaan
Proses Terjadinya Kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.

Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
1.Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2.Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
3.Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
4.Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.

TAHAP PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK

Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
A. Coaction Paradigm
beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas
B. Audience Paradigm (passive spectators)
kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal pelajaran ditengah orang banyak.

Penelitian Robert Zajonc:
*Respon dominan
fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai

*Respon nondominan
fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai

Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)

Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan

Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
*jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses.

HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA DALAM TAHAP NORMING

Hubungan antar anggota ada 3, yaitu:
1.otoritas
2.hubungan komunikasi interpersonal
3.hubungan ketertarikan
^Hubungan Komunikasi Interpersonal
Dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Komunikasi dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
^Hubungan Ketertarikan
Secara pribadi adalah sesuatu yang unik dan sangat sulit diimitasi, setiap individu pun tertarik pada hal-hal yang berbeda-beda termasuk juga pada individu lainnya, dan pada saat yang sama juga menarik individu lainnya. Ketertarikan Interpersonal dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mengevaluasi individu lain dengan penilaian positif secara konsisten.

PERAN DALAM TAHAP NORMING

Peran ada 3:
1. Perbedaan
2. Teori
3. Konflik

1.Perbedaan peran :
Task roles → tugas
Socioemotional roles → sosioemosi

2.Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive

3.Konflik peran, ada 2 :
Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
sumber konflik ada 5, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.

TAHAP NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK

Tahap norming ada 3 dalam pembentukan struktur kelompok:
1. PERAN
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.

2. NORMA
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.

3. HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA
Otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

Rabu, 27 Oktober 2010

Upaya pengembangan kelompok

Dalam mengembangkan suatu kelompok maka anggota kelompok perlu:
- Menyadari adanya kekuatan, mengerti dan mau menerima serta siap menggunakannya.
- Mengetahui dimana kekuatan itu berada, siapa yang memiliki,bagaimana ia menggunakannya
- Menilai penggunaan kekuatan dihubungkan dengan tugas – tugas kelompok, apakah
memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap pencapaian tujuan
- Mengetahui cara mengubahnya, kalau ternyata kekuasaan itu merusak atau konstruktif

TAHAP STORMING DALAM PROSES DASAR DALAM KELOMPOK

TAHAP STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK
Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.
Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional
minor
2. Confrontation
dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok)
dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).
3. Escalation
pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka
memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.
4. Deescalation
berkurang atau menurunnya konflik anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat.

Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya
5. Conflict Resolution
tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya

Penyebab konflik :
1. Interdepence
tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑
Deutch (1949):
* pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong
* pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya
2. Influence stategies
strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik
3. Misunderstanding dan misperception

TAHAP FORMING DALAM PROSES DASAR DALAM KELOMPOK

Dalam Tahap Forming Ada 4 Pandangan :
1. Pandangan Psikoanalisis
2. Pandangan Sosiobiologi
3. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
4. Pandangan Pertukaran Sosial

I. TAHAP FORMING
A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu.

Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain.
Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.
2. Transferen
bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan
individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.

B. Pandangan Sosiobiologi
Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk
memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis. Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi.

C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.

D. Pandangan Pertukaran Sosial
Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost
→ minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar besarnya dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).

TAHAP-TAHAP PROSES DASAR DALAM KELOMPOK

Proses perkembangan kelompok :
Suatu kelompok berkembang melalui proses dan tahap – tahap tertentu.Proses perkembangan kelompok menjadi penting dalam membentuk kelompok khusus yang dikenal sebagai tim Dalam proses perkembangan kelompok melalui tahapan – tahapan sebagai berikut (Tuckman)

Forming (pembentukan )
- Diawali dengan adanya perasaan dan persepsi yang sama
- Adanya Motivasi dan penentuan tujuan
- Timbul interaksi
- Pembentukan kelompok
Storming (Badai)
- Perbedaan persepsi
- Konflik antar anggota kelp
- Terjadi tahap penyesuaian
Norming ( pembentukan Norma)
- Adanya kesepakatan didalam kelompok
- Pembentikan Peraturan dalam kelompok
Performing (tahapan menjalankan fungsi)
- Penyesuaian demi kepentingan bersama
- Anggota kelompok menjalankan fungsinya

Minggu, 24 Oktober 2010

Peranan Individu Dalam Massa

1. Penggalak : memuji, menyetujui, menerima, menunjukkan kehangatan dan kesetiakawanan.
2. Wasit : melerai pertikaian antar anggota.
3. Kompromis : menawarkan kompromi.
4. Pengamat : menyimpan catatan berbagai aspek proses massa.
5. Pengikut : mengikuti gerakan massa; pasif.
6. Penjaga gawang : membuka saluran komunikasi dengan mendorong partisipasi yang lain.

BENTUK KERUMUNAN MASSA

Ada beberapa bentuk kerumunan yang ada dalam masyarakat:
1. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling ```berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat
2. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung ```jalan dan tidak memiliki maksud apa-apa
3. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ```ceramah
4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton ```konser musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan ```lagu
5. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang ```melakukan tindakan kekerasan
6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena ```didasari oleh kesamaan ideologi
7. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
1.Khalayak penonton atau pendengar yang formal; pusat perhatian dan tujuan sama; tetapi sifatnya pasif.
2. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan; fungsinya sebagai penyalur ketegangan karena pekerjaan sehari-hari.

8. Kerumunan yang bersifat sementara
1. Kumpulan yang kurang menyenangkan
2. Kerumunan orang-orang yang sedang panik.
3. Kerumunan penonton karena melihat suatu kejadian.

9. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum
1. Kerumunan yang bertindak emosional.
2. Kerumunan yang bersifat immoral.

KERUMUNAN MASSA ITU???

Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai
1.Sekelompok orang yang membentuk kumpulan
2.Jumlahnya semakin lama semakin meningkat
3.Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti lingkaran),
4.Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas, dan
5.Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
6.Karakteristik utama kerumunan adalah kumpulan orang banyak secara fisik.
7.Mudah sekali bereaksi.
8.Mudah meniru tingkah laku orang lain yang sekerumunan dan tingkah laku tadi mudah mendapat dorongan dari semuanya.

TEORI-TEORI PERILAKU MASSA

TEORI-TEORI PERILAKU MASSA
Ada tiga teori yang digunakan untuk menjelaskan kejadian perilaku massa:
1. Social Contagion Theory
menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial maka mereka akan melakukan tindakan meniru/imitasi.
2. Emergence Norm Theory
menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok, maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila norma ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma yang berlaku maka konflik akan terjadi.
3. Convergency Theory
menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian dimana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan mereka akan terpanggil untuk berpartisipasi.
4. Deindivuation Theory
menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka akan ”menghilangkan” jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa kelompok massa.

Psikologi Massa, apa iya????

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia.

Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan).

Psikologi Massa adalah ilmu yang mempelajari perilaku banyak orang dalam suatu kumpulan tertentu atau kelompok massa.

Minggu, 17 Oktober 2010

Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal

1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara
pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan
menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas
informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau
gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki
kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya
bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang,
resah dan tidak enak.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat
menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan
akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan
seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi
interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan
menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah
sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin.
Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter
dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan
dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan
tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan
karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai
orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini
kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama
pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan
perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan
dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau
cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh,
rajin, atau malas. Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak
stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk
memperoleh informasi tambahan dengan segera.
5. Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan
perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih
sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap
mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai,
norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya,
agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan
masing-masing.
6. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang
lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan
tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan
cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan
dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik
atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang
sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa
daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab
tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik
cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk
mempengaruhi pendapat orang lain.
7. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan
atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai
orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi
dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak
dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang
disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau
dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan
sosial.
8. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain
karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan
cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli
dan profesional serta mampu memberikan kontribusi secara intelektual, sikap

Jenis Hubungan Interpersonal

a) berdasarkan
jumlah individu yang terlibat;
b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai;
c)berdasarkan jangka waktu;
d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.

Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat
diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana
setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad
menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam
hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi
(termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan
tersebut dengan hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan
hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat
keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil
lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan
diambil melalui negosiasi).

Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi
menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan
sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak
dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan
dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain.
Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan
tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal
dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua
orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2,
yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya
hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin
lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya
berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena
investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk
mempertahankannya.

hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman
hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau
impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan
penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar
kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi.
Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada
jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena
investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah
banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.

Tahap Hubungan Interpersonal

1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa
peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,
“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d)
kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.

2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan.
Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan hubungan yaitu:
Faktor Pertama
a) keakraban: Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
b) kontrol
c) respon yang tepat
d) nada emosional yang tepat.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus
diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan
harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan
keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan
verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius
dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah
memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor keempat yang dapat memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.
Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana
emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar
kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.

3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.

Teori Mengenai Hubungan Interpersonal

1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Model Peranan
hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai
dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.

3. Model Interaksional
hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem
terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan
pelaksanaan peranan.

KETERTARIKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL

Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.

Tantangan organisasi abad 21

a. kompetisi global
b. desain organisasi,
c. memotivasi sumber daya manusia, dan tanggung jawab karyawan
d. kecepatan produk ke konsumen.
e. teknologi komunikasi.
Semakin besar kelompok maka makin sulit membina hubungan, persahabatan, dan kepentingan yang diinginkan para anggota. Bila kepuasan kerja hilang, motivasi menurun, kinerja turun.

Perilaku Organisasi

Stephen P. Robbins (1990)
adalah aspek makro organisasi, yaitu desain/struktur organisasi
adalah aspek mikro melihat proses perilaku individu dan kelompok.
Hari Lubis / Martani Husein (1987)
pendekatan makro mengasumsikan anggota organisasi punya sifat seragam, yaitu perilaku rasional.
Miftah Thoha (1983)
perilaku organisasi adalah studi aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau kelompok. Bagaimana perilaku itu mempengaruhi usaha pencapaian tujuan.
Richard L Daft (1992)
sistem adalah seperangkat elemen/unsur yang saling berinteraksi, memperoleh masukan dari lingkungan, mengolah, dan melepaskan hasil ke lingkungan.

TEORI ORGANISASI

Teori-teori Organisasi
Menurut teori organisasi klasik, rasionalitas, efisiensi, dan keuntungan ekonomis merupakan tujuan organisasi. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia itu diasumsikan bertindak rasional sehingga secara rasional dengan menaikkan upah, produktivitas akan meningkat.
Max Weber dengan konsep birokrasi idealnya menekankan pada konsep otoritas dan kekuasaan yang sah untuk melakukan kontrol kepada pihak lain yang berada di bawahnya sehingga organisasi akan terhindar dari penyalahgunaan kekuasaan dan ketidakefisienan.
Frederick Taylor mengajukan konsep "manajemen ilmiah" yang inti gagasannya adalah "bagaimana cara terbaik untuk melakukan pekerjaan". Untuk ini Taylor membuat standardisasi mulai dari seleksi (rekruitmen), penempatan, yang menurutnya merupakan sistem hubungan kerja antara manusia dengan mesin sehingga dengan semua itu, pekerjaan dapat dianalisis secara ilmiah.
Henry Fayol mengembangkan teori yang memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah-masalah fungsional kegiatan administrasi. Fayol mengajukan konsep Planning, organizing, command, coordination, dan control yang menjadi landasan bagi fungsi dasar manajemen. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip yang sangat fleksibel yang digunakan sebagai dasar bagi manajer dalam mengelola organisasi. Keempat belas prinsip itu adalah pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, mengutamakan kepentingan umum, pemberian upah, sentralisasi, rantai perintah, ketertiban, keadilan, kestabilan masa kerja, inisiatif, dan semangat korps. Gagasan Fayol sendiri didukung oleh koleganya di AS yaitu Gulick, Urwick, Mooney dan Reiley.
Meskipun mendapat banyak kritik yang menganggap bahwa teori-teori klasik itu telah mengabaikan faktor humanistik, deterministik, dan tertutup, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa teori klasik merupakan peletak dasar dari teori-teori administrasi modern.

TIPE-TIPE ORGANISASI SOSIAL

Dasar Tipologi Organisasi
Kesamaan karakteristik mengenai fenomena organisasi biasanya selalu dijadikan dasar dalam menentukan tipologi atau klasifikasi fenomena organisasi. Tipologi atau klasifikasi tersebut mencakup, antara lain organisasi yang bergerak berdasarkan keuntungan, sistem wewenang, tanggapan anggota, keterlibatan emosi anggota, tujuannya, kebutuhan sosial, pembagian biaya dan nilai, luas wilayah, pucuk pimpinan, dan saluran wewenang.
Organisasi Formal dan Organisasi Informal
Di dalam organisasi formal terdapat organisasi informal. Berkembangnya organisasi informal ini karena struktur formal tidak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan para anggotanya dan juga kebutuhan organisasi (formal) itu sendiri. Keduanya yaitu organisasi formal dan organisasi informal memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal tujuannya, mekanisme kontrol, karakteristik dan sebagainya.
Di dalam organisasi formal, birokrasi merupakan salah satu bentuk yang sering kali memiliki konotasi negatif hanya karena ketidaktahuan konsep awal birokrasi oleh masyarakat. Weber, seorang sosiolog Jerman, melihat birokrasi yang ideal itu memiliki beberapa sifat, yaitu:
1. adanya pembagian kerja;
2. hierarki otoritas;
3. sistem pemeliharaan dokumen tertulis dan formal;
4. pengaturan, tata cara dan aturan;
5. tenaga ahli terlatih;
6. hubungan yang impersonal.
Weber sendiri secara historis, mengatakan bahwa tumbuhnya organisasi birokrasi di Eropa ditandai dengan revolusi industri di Eropa. Untuk ini Blau sepakat dan menyatakan bahwa latar belakang tumbuhnya birokrasi di Eropa pada waktu itu ditandai oleh 4 faktor sebagai berikut.
1. Berkembangnya ekonomi uang.
2. Munculnya sistem kapitalisme.
3. Kuatnya etika Protestan.
4. Besarnya ukuran organisasi.

ORGANISASI

Hari Lubis & Martani Huseini : organisasi adalah kesatuan sosial sekelompok manusia yang berinteraksi dengan pola tertentu, sehingga tiap anggota memiliki fungsi dan tugas masing-masing sebagai suatu kesatuan dengan tujuan tertentu dan batas-batas jelas.
Schoemacher : organisasi yang kecil adalah baik, yang penting kaya fungsi bukan organisasi yang berstruktur banyak (small is beautiful)
Hubungan informal dapat terjadi oleh adanya :
a) hubungan antar-pribadi (dyadic)
b) keahlian sama
c) kepentingan sama
Job description adalah alat yang tepat untuk memberikan jawaban tentang peranan seseorang di dalam organisasi menghindari kemenduaan peran (role ambigue dan role conflick)
Organisasi merupakan salah satu fenomena sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia tidak bisa menolak kehadiran organisasi dalam kehidupannya.

Minggu, 10 Oktober 2010

Teori Percakapan Kelompok (Group Achievement Theory)

Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada struktur-struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok.
Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement).

Empat Gaya Yang Tidak Efektif

1.Otokratis : besar pada tugas, kecil pada hubungan, tidak percaya orang lain – efektif bila bawahan semua kategori teori X, kerja cepat selesai – cepat terima upah, tanpa memikirkan pengembangan diri dan psikologis
2.Kompromi : semua kegiatan diutamakan dengan kompromi (lose-lose situation)
3.Missionari : pada hubungan baik saja

Empat Gaya Pemimpin Kelompok Yang Efektif

1.Eksekutif : paling efektif karena usaha mencapai tujuan dengan hubungan kerjasama sama besar. Manajer = Motivator
2.Pengembang : perhatian besar kepada hubungan, lebih kecil kepada tugas. Memperhatikan pengembangan karyawan
3.Birokrat : perhatian kecil kepada tugas dan hubungan kerja, melainkan pada peraturan yang dipelihara dengan teliti
4.Otokratis bijak : perhatian tinggi pada tugas, kecil pada hubungan. Efektif karena bijak dengan mengetahui secara tepat apa yang diinginkan dan bagaimana memperolehnya dari bawahan sehingga bawahan tidak enggan dan sukarela.

Teori Kepribadian Kelompok (Group Syntality Theory)

Teori kepribadian merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada cirri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendekiawanan (intelligence), sementara cirri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan, merujuk pada peran-peran spesifik, dan posisi status. Dinamika kepribadian diukur oleh apa yang disebut dengan synergy, yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari synergy atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok.

Kriteria Kelompok Yang Efektif (Mc.GREGOR)

1. Understanding
2. Komunikasi terbuka
3. Saling percaya
4. Saling membantu
5. Menengahi perbedaan – perbedaan
6. Menggunakan tim secara selektif
7. Keterampilan kelompok yang teapat
8. Kepemimpinan

Suatu aspek yang memegang peranan penting dalam proses perkembangan kelompok adalah kekuasaan/power yang merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan yang menyangkut hubungan dengan orang lain.
Power ini dapat berupa unsur senioritas, kepintaran, kekayaan,kepangkatan,kekuatan dll.
Kekuasaan dalam kelompok dapat berbentuk :
1. Kekuasaan secara menyeluruh
2. Kekuasaan kelompok kelompok kecil dalam satu tim
3. Kekuasaan individu dalam kelompok

Pendekatan Perilaku atau Behavioral Approach (human relation approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen yang dikenal dengan Hawthorne Experiment yang secara garis besar dibagi dalam 4 tahap:
1) Mengkaji efek lingkungan dari produktivitas pekerja.
2) Melakukan konsultasi dengan pekerja yang ikut eksperimen.
3) Melakukan wawancara dengan pekerja (yang tidak ikut eksperimen) melalui pertanyaan terbuka.
4) Eksperimen yang dikenal dengan bank - wiring - room experiment.
Hasil eksperimen tersebu :
(1) sistem sosial para pekerja ikut berperan dalam organisasi formal,
(2) imbalan nonfinansial dan sanksi berperan dalam mengarahkan perilaku pegawai,
(3) kelompok ikut berperan dalam menentukan kinerja dan sikap anggota kelompok,
(4) munculnya pola kepemimpinan informal,
(5) komunikasi yang makin intensif,
(6) kepuasan dan kenyamanan bekerja meningkat,
(7) pihak manajemen dituntut untuk lebih memahami situasi sosial.

Teori Sintalitas Kelompok

Cattell (1948-1951), sintalitas adalah kepribadian yang khusus digunakan untuk mempelajaricara menguraikan dan mengukur sifat-sifat dan perilaku kelompok. Cattell mengemukakan bahwa eksistensi suatu kelompok dapat memenuhi kebutuhan individu jika sebuah kelompok tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.

Menghidupkan kegiatan kelompok:
Kerjasama, saling percaya,dan rasa saling memiliki,keadilan dan saling hormat menghormati adalah kunci kegiatan kelompok.

Minggu, 03 Oktober 2010

Karakteristik Kelompok Yang Efektif :

1. Suasana ( atmosfir) : suasana kerja ditempat kelompok itu berada hendaknya memberi kesan kepada semua anggota, bahwa mereka semua setaraf.
2. Rasa aman ( threat reduction) : Perasaan aman, dan hilang rasa curiga mencurigai antara individu dalam kelompok.
3. Kepemimpinan bergilir ( distributive leadership) : Kepemimpinan yang dilakukan secara bergilir yang dapat membangun kepercayaan pada diri anggota kelompok kerja, bahwa merekapun dapat dan mempunyai kesempatan dan kemampuan yang sama dengan pemimpinan yang ada
4. Perumusan tujuan ( goal formulation) : Perumusan tujuan kelompok harus jelas, sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota kelompok.
5. Fleksibilitas (flexibility) : Perencanaan kegiatan harus cukup mengandung fleksibiltas, sehingga dapat dilaksanakan juga bila keadaan sudah berubah, baik karena keadaan dari luar maupun dari dalam kelompok.
6. Mufakat (consensus) : Prinsip kebersamaan kelompok merupakan bentuk dari musyawarah dan mufakat. Sehingga rasa kebersamaan kerja terbentuk.
7. Evaluasi yang sinambung ( continul evaluation) : Penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan harus dibuat secara terus menerus, sehingga dapat menimbulkan motifasi baru terhadap program yang akan dijalankan berikutnya.

PERANAN DINAMIKA KELOMPOK

Kebutuhan akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang dinamika kelompok atau proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari semakin meningkat. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Dinamika kelompok adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang lebih menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil. Pada berbagai referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan proses-proses kelompok (group processes). Studi mengenai interaksi antar individu dalam kelompok oleh para ahli psikologi telah dimulai sejak awal tahun 1900-an. Kemudian oleh Kurt Lewin, seorang ahli psikologi kelahiran Polandia mulai dikembangkan lebih dalam mengenai dinamika kelompok ini. Beliau menekankan bahwa untuk mempelajari dan memahami tentang dinamika kelompok adalah dengan cara menerapkannya (learning by doing).
Fritz Heider, seorang ahli psikologi lain, dalam Teori Keseimbangan-nya (Balanced Theory) yang membahas mengenai hubungan-hubungan antar pribadi menerangkan bahwa individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain. Dan menurutnya, salah satu cara bagaimana suatu kelompok dapat berhubungan adalah dengan menjalin komunikasi secara terbuka.
Dewasa ini, upaya peningkatan kerja tim merupakan alternatif utama dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas suatu organisasi.

Dinamika Kelompok Dalam Keperawatan

Dinamika
Kedinamisan atau keteraturan yang jelas dalam hubungan secara psikologis

Kelompok
Kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan yang sama
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih anggota yang memiliki hubungan atau ikatan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan anggota lain dan berlangsung dalam situasi yang alami.

Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
2. Memudahkan segala pekerjaan.
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien.
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat

Perkembangan Kelompok Dibagi Tiga Tahap:
-Tahap pra afiliasi=Tahap permulaan diawali perkenalan (sifat dan nilai masing-masing anggota)

-Tahap fungsional=Ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan dan kekompakkan dalam kelompok.

-Tahap disolusi=Terjadi apabila keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam kelompok, tidak tercipta kekompakkan karena perbedaan pola sehingga percampuran yang harmonis tidak terwujud bubar.

Pentingnya dinamika kelompok dalam Keperawatan
1. Profesi perawat merupakan bagian dari profesi kesehatan yg anggotanya terdiri dari perawat dimana terjadi satu ikatan profesi yg mempunyai tujuan untuk kepentingan yg sama dalam bidang keperawatan .

2. Profesi perawat terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok perawat yg mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktifitas yg sama dalam menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat.

3. Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari anggota yang mempunyai motivasi dan tujuan dari masing-masing anggota.

4. Setiap anggota saling tergantung satu dENgAN yang lain karena saling memerlukan bantuan.

Setiap anggota profesi memiliki ciri-ciri yang berbeda dan dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a)Anggota Psikologis
Secara psikologis memiliki minat untuk berpartisifasi dalam kelompok norma

b)Anggota Marginal
Kelompok menerima baik keanggotaannya tetapi bersikap menjauh atau tidak ingin terlalu terlibat dalam kelompoknya.

c)Anggota Pemberontak
Anggota kelompok yang bersikap menentang dan tidak bersedia menerima norma yang ada.

KELOMPOK SOSIAL

Kelompok social merupakan salah satu focus perhatian dari pusat pemikiran sosiologis. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kelompok social, diperlukan suatu criteria atau syarat untuk mementukannya.

Syarat terbentuknya kelompok social :

a. setiap anggota kelompok harus sadar kalau ia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
b. Ada hubungan timbal balik antara amggota yamg satu dengan yang lainnya.
c. Memiliki factor yang sama setiap anggota kelompok sehingga tercipta hubungan yang erat.
d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.

Tipe-tipe kelompok social dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai criteria. Criteria-kriteria tersebut berdasarkan pada :

1. Besar kecilnya jumlah anggota / Terdiri dari 2 orang atau lebih
2. Derajat interaksi social
3. Kepentingan dan wilayah
4. Derajat organisasi
5. Kesadaran akan jenis, hubungan social dan tujuan yang sama.
6. Adanya pengembangan identitas kelompok
7. Berlangsungnya suatu kepentingan
8. Adanya norma – norma kelompok
9. Saling membagi tujuan yang sama
10. Produktivitas bertambah atau meningkat
11. Peran yang saling tergantung
12. Adanya diferensiasi peran


Dengan demikian setiap jenis dari kelompok social lahir berdasarkan pada criteria-kriteria tersebut.




Macam-macam bentuk kelompok:

1.Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.
Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

2.Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv.
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3.Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

4.Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati
Misalnya: kelompok arisan,






JENIS-JENIS ANGGOTA KELOMPOK SOSIAL
1. Membership group : Resmi; Ikut aturan dan norma kelompok.(aturan dan normal yang ada dalam kelompok yang baru)
2. Reference group : Tidak resmi; menyetujui norma-norma kelompok dan tujuannya.(kebiasaan atas aturan asal dari individu itu berada)



Fungsi Kelompok

Fungsi Kelompok dalam organisasi
- Kelompok sasaran untuk mengerjakan tugas yang kompleks dan saling berkaitan dan sukar dilakukan oleh individu
- Sarana pencetus gagasan baru pemecahan persoalan dengan tujuan cepat dapat menyebarluaskan informasi
- Kelompok dapat menjadi penghubung penting dalam fungsi pekerjaan
- Sebagai mekanisme pemecahan persoalan yang memerlukan informasi dari anggota kelompok
- Mempermudah pelaksanaan keputusan
- Sebagai wahana sosialisasi

Fungsi Psikologis individu dalam kelompok
- Kelompok merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan sebagai anggota kelompok Ex: Kebutuhn kasih sayang, dukungan
- Kelompok merupakan sarana untuk mengurangi rasa cemas, kurang aman, dan ketidakberdayaan
- Anggota kelompok merupakan mekanisme pemecahan persoalan dan menjelaskan tugas

Fungsi yang berhubungan dengan tugas
-Tugas – tugas yang dibebankan kepada kelompok dengan cara bekerjasama, memecahkan bersama akan dapat menyelesaikan tugas – tugas / persoalan dengan lebih baik karena adanya dukungan dan bantuan orang lain.