a) Rational economic
b) Sosial man
c) Self actuating
d) Complex Man = motifnya banyak, berubah-ubah.
Sabtu, 27 November 2010
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)
5. Self – Actualization Needs
4. Self – Esteem Needs
3. Social Needs
2. Security Needs
1. Psychological Needs
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)
5. Self – Actualization Needs
4. Self – Esteem Needs
3. Social Needs
2. Security Needs
1. Psychological Needs
(Oleh : Klara Innata Arishanti, S.Psi)
TEORI MOTIVASI
a) Teori hierarki kebutuhan A.H. Maslow
Menyusun tingkat kebutuhan manusia
b) Teori ERG, Alderfer, E = eksistensi = kebutuhan fisiologis, R = relatednes = afiliasi G = growth = produksi/kreasi
c) Teori 2 faktor Frederick Herzberg :
(1)factor kesehatan selaras dengan E dan R,
(2)factor motivasi selaras G.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
a. Satisfiers = intrinsic factor
Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
b. Dissatisfiers = extrinsic factor
d) Teori harapan, Vroom:
1)outcome = hasil, suatu perilaku menghasilkan suatu hasil.
2)Valensi, nilai/tingkat hasil dari macam prioritas.
3)harapan usaha = expectasi, hasil itu dapat diusahakan/keyakinan.
e) Teori Persepsi, Pace & Faules : berkaitan dengan vitalitas kerja
(1)berapa jauh harapan karyawan dipenuhi organisasi,
(2)apa yang dipikirkan karyawan tentang peluangnya dalam organisasi, (3)bagaimana pendapat karyawan mengenai seberapa pemenuhan yang diperoleh dari pekerjaan dalam organisasi,
(4)bagaimana persepsi karyawan mengenai kinerja mereka dalam organisasi.
f) Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
1) Need of power
2) Need of affiliation
3)Need of achievement
Menyusun tingkat kebutuhan manusia
b) Teori ERG, Alderfer, E = eksistensi = kebutuhan fisiologis, R = relatednes = afiliasi G = growth = produksi/kreasi
c) Teori 2 faktor Frederick Herzberg :
(1)factor kesehatan selaras dengan E dan R,
(2)factor motivasi selaras G.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
a. Satisfiers = intrinsic factor
Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
b. Dissatisfiers = extrinsic factor
d) Teori harapan, Vroom:
1)outcome = hasil, suatu perilaku menghasilkan suatu hasil.
2)Valensi, nilai/tingkat hasil dari macam prioritas.
3)harapan usaha = expectasi, hasil itu dapat diusahakan/keyakinan.
e) Teori Persepsi, Pace & Faules : berkaitan dengan vitalitas kerja
(1)berapa jauh harapan karyawan dipenuhi organisasi,
(2)apa yang dipikirkan karyawan tentang peluangnya dalam organisasi, (3)bagaimana pendapat karyawan mengenai seberapa pemenuhan yang diperoleh dari pekerjaan dalam organisasi,
(4)bagaimana persepsi karyawan mengenai kinerja mereka dalam organisasi.
f) Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
1) Need of power
2) Need of affiliation
3)Need of achievement
Definisi MOTIVASI
Jack Haloran : motivasi adalah dorongan yang datang dari dalam diri, bukan rangsangan dari luar.
Dua macam kegiatan :
a)kegiatan yang terarah ke tujuan.
b)kegiatan tujuan, terikat kepada tujuan (goal activity).
(1) Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri
(intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
(2) Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(3) Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah
pada tercapainya tujuan organisasi.
Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
Dua macam kegiatan :
a)kegiatan yang terarah ke tujuan.
b)kegiatan tujuan, terikat kepada tujuan (goal activity).
(1) Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan,
persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri
(intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
(2) Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(3) Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah
pada tercapainya tujuan organisasi.
Motivasi Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
Minggu, 21 November 2010
DIMENSI KOHESIVITAS KELOMPOK
Forsyth (1999) ada empat dimensi kohesivitas kelompok, yaitu :
a. Kekuatan Sosial
Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari anggota tersebut membuat mereka bersatu.
b. Kesatuan dalam kelompok
Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok.
c. Daya tarik
Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik.
d. Kerja sama kelompok
Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.
a. Kekuatan Sosial
Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari anggota tersebut membuat mereka bersatu.
b. Kesatuan dalam kelompok
Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok.
c. Daya tarik
Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri dari pada melihat dari anggotanya secara spesifik.
d. Kerja sama kelompok
Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok.
Faktor-Faktor Yang Dapat Menurunkan Tingkat Kohesivitas Kelompok
Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.
a. Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
b. Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.
a. Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.
b. Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOHESIVITAS KELOMPOK
a. Kesamaan nilai dan tujuan
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
b. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
c. Status kelompok
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
d. Penyelesaian perbedaan
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
e. Kecocokan terhadap norma-norma
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
f. Daya tarik pribadi
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
g. Persaingan antar kelompok
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
h. Pengakuan dan penghargaan
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
i. Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
j. Persaingan intern antar anggota kelompok
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
k. Dominasi
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
b. Keberhasilan dalam mencapai tujuan
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
c. Status kelompok
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
d. Penyelesaian perbedaan
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
e. Kecocokan terhadap norma-norma
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
f. Daya tarik pribadi
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
g. Persaingan antar kelompok
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
h. Pengakuan dan penghargaan
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
i. Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
j. Persaingan intern antar anggota kelompok
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
k. Dominasi
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.
Pengertian Kohesivitas Kelompok
Menurut George & jones (2002) Kohesivitas adalah anggota kelompok yang memiliki daya tarik satu sama lain.
Menurut Meshane & Glinow, Kohesivitas merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok.
Menurut Greenberg (2005), Kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok.
Menurut Robbins (2001), Kohesivitas adalah sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut.
Menurut Gibson (2003), Kohesivitas adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain.
Certo, s (2003), Kohesivitas adalah memiliki anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami tekanan dalam kelompok.
Forsyth (1999), Kohesivitas adalah Kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan didalamnya terdapat semangat yang tinggi.
Jadi, KOHESIVITAS merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok.
Menurut Meshane & Glinow, Kohesivitas merupakan perasaan daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok.
Menurut Greenberg (2005), Kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar anggota kelompok.
Menurut Robbins (2001), Kohesivitas adalah sejauh mana anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam kelompok tersebut.
Menurut Gibson (2003), Kohesivitas adalah kekuatan ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok lain.
Certo, s (2003), Kohesivitas adalah memiliki anggota yang ingin tetap tinggal dalam kelompok selama mengalami tekanan dalam kelompok.
Forsyth (1999), Kohesivitas adalah Kesatuan yang terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu tertentu untuk bersama dan didalamnya terdapat semangat yang tinggi.
Jadi, KOHESIVITAS merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok.
Minggu, 14 November 2010
Dampak Negatif Groupthink
Beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok dalam membuat keputusan, yaitu :
1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.
2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji ulang.
3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.
5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota.
6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan antisipasinya.
7. Sasaran kebijakan tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.
1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.
2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji ulang.
3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali.
4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.
5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota.
6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan antisipasinya.
7. Sasaran kebijakan tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.
Asumsi Groupthink
Menurut West & Turner (2007) Asumsi penting dari groupthink ada 3 yaitu:
1. Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.
2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.
1. Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.
2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.
Faktor-Faktor Groupthink
Berdasarkan penelitian yang berkembang diperoleh hipotesis mengenai faktor-faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu (Sarwono, 1999) :
1. Faktor Anteseden
Kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
2. Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok, dari pada yang menggunakan sistem suara terbanyak .
3. Faktor Ikatan Sosial-Emosional
Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang ikatannya lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya.
4. Toleransi terhadap Kesalahan
Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan-kesalahan dibiarkan dari pada tidak ada toleransi atas kesalahan-kesalahan yang ada .
Setelah dilakukan pengujian atas berbagai hipotesis tersebut, serta didukung oleh data-data historis dari peristiwa sukses di Amerika khususnya disebabkan oleh proses yang baik dalam pembuatan keputusan kelompok, maka ada beberapa saran untuk pemimpin kelompok, sebagai upaya mencari jalan keluar dari belenggu pikiran kelompok. Untuk itu pemimpin kelompok perlu melaksanakan aktifitas dengan mengkondisikan kelompok seperti berikut ini.
1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan sengaja konsekuensinya.
2. Ditekankan perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain.
3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan menguraikan keraguan.
4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.
5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari setiap anggota.
6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan lainnya yang dinilai membahayakan.
7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda.
8. Menyediakan waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok, guna mengkritisi atau menolak pandangan kelompok.
9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok.
10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan.
1. Faktor Anteseden
Kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal-hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.
2. Faktor Kebulatan Suara
Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok, dari pada yang menggunakan sistem suara terbanyak .
3. Faktor Ikatan Sosial-Emosional
Kelompok yang ikatan sosial-emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang ikatannya lugas dan berdasarkan tugas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya.
4. Toleransi terhadap Kesalahan
Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan-kesalahan dibiarkan dari pada tidak ada toleransi atas kesalahan-kesalahan yang ada .
Setelah dilakukan pengujian atas berbagai hipotesis tersebut, serta didukung oleh data-data historis dari peristiwa sukses di Amerika khususnya disebabkan oleh proses yang baik dalam pembuatan keputusan kelompok, maka ada beberapa saran untuk pemimpin kelompok, sebagai upaya mencari jalan keluar dari belenggu pikiran kelompok. Untuk itu pemimpin kelompok perlu melaksanakan aktifitas dengan mengkondisikan kelompok seperti berikut ini.
1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan sengaja konsekuensinya.
2. Ditekankan perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain.
3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan menguraikan keraguan.
4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok.
5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari setiap anggota.
6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan mengidentifikasi tanda-tanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan lainnya yang dinilai membahayakan.
7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda.
8. Menyediakan waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok, guna mengkritisi atau menolak pandangan kelompok.
9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok.
10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan.
Kritik Teori Groupthink
Teori groupthink juga tak lepas dari kritik. Mereka yang mengkritik teori ini, antara lain adalah:
1. Aldag dan Fuller (1993)
Menurut Aldag dan Fuller, analisis groupthink bersifat retrospektif (berlaku surut), sehingga Janis dapat mengambil bukti-bukti yang mendukung teorinya saja. Keterpaduan kelompok itu sendiri belum tentu menimbulkan pikiran kelompok. Misalnya perkawinan dan keluarga, dapat tetap terpadu atau kohesif tanpa menimbulkan pikiran kelompok, dengan tetap membiarkan perbedaan pendapat tanpa mengurangi keterpaduan itu sendiri.
2. Tetlock, dkk (1992)
Tetlock, et.al menilai, fakta sejarah membuktikan bahwa ada juga kelompok-kelompok yang sudah mengikuti prosedur yang baik, namun tetap melakukan kesalahan, misalnya ketika Presiden Carter dan penasehat-penasehatnya merencanakan pembebasan sandera di Iran pada tahun 1980. Operasi itu gagal total dan Amerika Serikat dipermalukan, walaupun kelompok itu sudah mengundang berbagai pendapat dari luar dan memperhitungkan segala kemungkinan secara realistik.
http://edsa.unsoed.net/?p=72
1. Aldag dan Fuller (1993)
Menurut Aldag dan Fuller, analisis groupthink bersifat retrospektif (berlaku surut), sehingga Janis dapat mengambil bukti-bukti yang mendukung teorinya saja. Keterpaduan kelompok itu sendiri belum tentu menimbulkan pikiran kelompok. Misalnya perkawinan dan keluarga, dapat tetap terpadu atau kohesif tanpa menimbulkan pikiran kelompok, dengan tetap membiarkan perbedaan pendapat tanpa mengurangi keterpaduan itu sendiri.
2. Tetlock, dkk (1992)
Tetlock, et.al menilai, fakta sejarah membuktikan bahwa ada juga kelompok-kelompok yang sudah mengikuti prosedur yang baik, namun tetap melakukan kesalahan, misalnya ketika Presiden Carter dan penasehat-penasehatnya merencanakan pembebasan sandera di Iran pada tahun 1980. Operasi itu gagal total dan Amerika Serikat dipermalukan, walaupun kelompok itu sudah mengundang berbagai pendapat dari luar dan memperhitungkan segala kemungkinan secara realistik.
http://edsa.unsoed.net/?p=72
Teori Groupthink
Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L Janis. Melalui karya ’Victims of Groupthink : A Psychological Study of Foreign Decisions and Fiascoes (1972)’, Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat (kebulatan suara) telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Dari sinilah groupthink dapat didefinisikan sebagai satu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukkan tumbuhnya kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok (Mulyana, 1999: ).
Sementara groupthink menurut Rakhmat (2005) adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, di mana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Dalam definisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih spesifik terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat merugikan kelompok (Sarwono, 1999). Selanjutnya diperjelas oleh Janis, bahwa kelompok yang sangat kompak (cohesiveness) dimungkinkan terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompk ini, sehingga mengorbankan proses keputusan yang baik dari proses tersebut. Adapun proses dalam rangka pembuatan keputusan dalam kelompok, secara umum digambarkan sebagai berikut (Littlejohn, 1989).
http://edsa.unsoed.net/?p=72
Sementara groupthink menurut Rakhmat (2005) adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, di mana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Dalam definisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih spesifik terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat merugikan kelompok (Sarwono, 1999). Selanjutnya diperjelas oleh Janis, bahwa kelompok yang sangat kompak (cohesiveness) dimungkinkan terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompk ini, sehingga mengorbankan proses keputusan yang baik dari proses tersebut. Adapun proses dalam rangka pembuatan keputusan dalam kelompok, secara umum digambarkan sebagai berikut (Littlejohn, 1989).
http://edsa.unsoed.net/?p=72
Mencegah Groupthink
Menurut Irving Janis, pengambilan keputusan kelompok tidak selalu menggunakan groupthink. Irving Janis menyusun tujuh cara mencegah groupthink:
1. Pemimpin harus menetapkan setiap peran anggota "evaluator kritis". Hal ini memungkinkan setiap anggota untuk bebas dari keberatan dan keraguan.
2. tidak boleh menyatakan pendapat ketika menetapkan tugas ke kelompok.
3. Organisasi harus membuat beberapa kelompok independen, bekerja pada masalah yang sama.
4. Semua alternatif yang efektif harus diperiksa.
5. Setiap anggota harus mendiskusikan ide-ide kelompok dengan orang-orang terpercaya di luar kelompok.
6. Kelompok tersebut harus mengundang ahli dari luar ke dalam pertemuan. Anggota kelompok harus dibiarkan untuk mendiskusikan dengan dan pertanyaan para ahli luar.
7. Setidaknya satu anggota kelompok harus diberi peran sehingga menjadi orang yang berbeda untuk setiap pertemuan.
1. Pemimpin harus menetapkan setiap peran anggota "evaluator kritis". Hal ini memungkinkan setiap anggota untuk bebas dari keberatan dan keraguan.
2. tidak boleh menyatakan pendapat ketika menetapkan tugas ke kelompok.
3. Organisasi harus membuat beberapa kelompok independen, bekerja pada masalah yang sama.
4. Semua alternatif yang efektif harus diperiksa.
5. Setiap anggota harus mendiskusikan ide-ide kelompok dengan orang-orang terpercaya di luar kelompok.
6. Kelompok tersebut harus mengundang ahli dari luar ke dalam pertemuan. Anggota kelompok harus dibiarkan untuk mendiskusikan dengan dan pertanyaan para ahli luar.
7. Setidaknya satu anggota kelompok harus diberi peran sehingga menjadi orang yang berbeda untuk setiap pertemuan.
Solusi Groupthink
Beberapa gejala groupthink adalah:
·Menggunakan kelompok pembentuk kebijakan yang bertanggung jawab kepada kelompok yang lebih besar
·Setelah pemimpin tetap tidak memihak
·Menggunakan kelompok kebijakan yang berbeda untuk tugas yang berbeda
·Membagi ke dalam kelompok dan kemudian mendiskusikan perbedaan
·Membahas dalam sub-kelompok dan kemudian melaporkan kembali
·Menggunakan pakar dari luar
·Menggunakan menganjurkan Devil's untuk pertanyaan semua ide kelompok
·Memegang "kedua kesempatan pertemuan" untuk menawarkan satu kesempatan terakhir untuk memilih lain tindakan
·Menggunakan kelompok pembentuk kebijakan yang bertanggung jawab kepada kelompok yang lebih besar
·Setelah pemimpin tetap tidak memihak
·Menggunakan kelompok kebijakan yang berbeda untuk tugas yang berbeda
·Membagi ke dalam kelompok dan kemudian mendiskusikan perbedaan
·Membahas dalam sub-kelompok dan kemudian melaporkan kembali
·Menggunakan pakar dari luar
·Menggunakan menganjurkan Devil's untuk pertanyaan semua ide kelompok
·Memegang "kedua kesempatan pertemuan" untuk menawarkan satu kesempatan terakhir untuk memilih lain tindakan
Gejala groupthink
Beberapa gejala groupthink adalah:
·Memiliki ilusi kekebalan
·Keputusan rasionalisasi miskin
·Percaya dalam moralitas kelompok
·Berbagi stereotip yang membimbing keputusan
·Berolahraga langsung tekanan pada orang lain
·Tidak mengekspresikan perasaan sejati Anda
·Mempertahankan suatu ilusi kebulatan suara
·Menggunakan mindguards untuk melindungi kelompok dari informasi negatif
·Memiliki ilusi kekebalan
·Keputusan rasionalisasi miskin
·Percaya dalam moralitas kelompok
·Berbagi stereotip yang membimbing keputusan
·Berolahraga langsung tekanan pada orang lain
·Tidak mengekspresikan perasaan sejati Anda
·Mempertahankan suatu ilusi kebulatan suara
·Menggunakan mindguards untuk melindungi kelompok dari informasi negatif
Penyebab Groupthink
Kohesi kelompok akan menimbulkan groupthink jika salah satu dari dua kondisi berikut yang hadir:
·Kesalahan struktural dalam organisasi: isolasi kelompok, kurangnya tradisi kepemimpinan yang tidak memihak, kurangnya norma-norma yang memerlukan prosedur metodologi, homogenitas dari latar belakang sosial anggota dan ideologi.
·Provokatif konteks situasional: stres yang tinggi dari ancaman eksternal, kegagalan baru-baru ini, kesulitan yang berlebihan pada tugas pengambilan keputusan, dilema moral.
Menurut Clark McCauley tiga kondisi di mana groupthink terjadi:
·Homogenitas anggota dari latar belakang sosial dan ideologi.
·Isolasi kelompok dari sumber luar informasi dan analisis.
·Kepemimpinan direktif.
·Kesalahan struktural dalam organisasi: isolasi kelompok, kurangnya tradisi kepemimpinan yang tidak memihak, kurangnya norma-norma yang memerlukan prosedur metodologi, homogenitas dari latar belakang sosial anggota dan ideologi.
·Provokatif konteks situasional: stres yang tinggi dari ancaman eksternal, kegagalan baru-baru ini, kesulitan yang berlebihan pada tugas pengambilan keputusan, dilema moral.
Menurut Clark McCauley tiga kondisi di mana groupthink terjadi:
·Homogenitas anggota dari latar belakang sosial dan ideologi.
·Isolasi kelompok dari sumber luar informasi dan analisis.
·Kepemimpinan direktif.
Pengertian GROUPTHINK
Groupthink adalah jenis pemikiran dalam dalam kelompok sangat kohesif yang anggotanya mencoba untuk meminimalkan konflik dan mencapai konsensus tanpa kritis pengujian, analisis, dan mengevaluasi ide-ide. Ini adalah konsekuensi negatif kedua potensi kohesi kelompok.
Groupthink adalah konsep yang diidentifikasi oleh Irving Janis 9 yang mengacu pada keputusan yang salah-keputusan dalam kelompok. Groups mengalami groupthink tidak mempertimbangkan semua alternatif dan mereka keinginan kebulatan dengan mengorbankan kualitas keputusan.
Kondisi :
Groupthink terjadi ketika kelompok-kelompok sangat kohesif dan ketika mereka berada di bawah tekanan besar untuk membuat keputusan yang berkualitas.
Groupthink adalah konsep yang diidentifikasi oleh Irving Janis 9 yang mengacu pada keputusan yang salah-keputusan dalam kelompok. Groups mengalami groupthink tidak mempertimbangkan semua alternatif dan mereka keinginan kebulatan dengan mengorbankan kualitas keputusan.
Kondisi :
Groupthink terjadi ketika kelompok-kelompok sangat kohesif dan ketika mereka berada di bawah tekanan besar untuk membuat keputusan yang berkualitas.
Pengertian Deindividuasi
Menurut Lorenz, deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya. Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.
Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepitone, & Newcomb, 1952).
Menurut Mullen (1986) dapat membawa individu kepada perilaku yang diluar batas-batas norma. Pada kumpulan orang beringas yang sedang menyiksa korban, semakin besar jumlah mob, semakin lupa diri dan semakin kejam kelakuannya, sampai mereka mau menbakar korban hidup-hidup, memotong-motong korban, dan sebagainya. Pengertian evaluatif terhadap diri sendiri sangat menurun karena semua orang melakukannya. Orang jadi dapat mengatribusikan perilakunya sendiri kepada situasi diluar dirinya, bukan pada kemauan melainkan atau pilihannya sendiri.
Menurut Myers (1986) Dikalangan militer, pemakaian baju seragam juga dimaksudkan untuk memungkinkan Deindividuasi dalam keadaan anonim para prajurit lebih berani dalam bertempur. Akan tetapi, pakaian seragam adakalanya justru menurunkan agresivitas.
Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu (Festinger, Pepitone, & Newcomb, 1952).
Menurut Mullen (1986) dapat membawa individu kepada perilaku yang diluar batas-batas norma. Pada kumpulan orang beringas yang sedang menyiksa korban, semakin besar jumlah mob, semakin lupa diri dan semakin kejam kelakuannya, sampai mereka mau menbakar korban hidup-hidup, memotong-motong korban, dan sebagainya. Pengertian evaluatif terhadap diri sendiri sangat menurun karena semua orang melakukannya. Orang jadi dapat mengatribusikan perilakunya sendiri kepada situasi diluar dirinya, bukan pada kemauan melainkan atau pilihannya sendiri.
Menurut Myers (1986) Dikalangan militer, pemakaian baju seragam juga dimaksudkan untuk memungkinkan Deindividuasi dalam keadaan anonim para prajurit lebih berani dalam bertempur. Akan tetapi, pakaian seragam adakalanya justru menurunkan agresivitas.
Minggu, 07 November 2010
Pembentukan Kelompok Dalam Tahap Performing
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Proses terjadinya kelompok
Perasaan=Motivasi=Tujuan=Interaksi=Pembentukan=Perpecahan= Penyesuaian= Perubahan=Perasaan
Proses Terjadinya Kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
1.Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2.Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
3.Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
4.Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
Proses terjadinya kelompok
Perasaan=Motivasi=Tujuan=Interaksi=Pembentukan=Perpecahan= Penyesuaian= Perubahan=Perasaan
Proses Terjadinya Kelompok
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Langkah proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
1.Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2.Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri unuk maju.
3.Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
4.Organisasi
Pengorganisasian dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah kelompok dapat diselesaikan secara lebih efesien dan efektif.
5.Independensi
Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati kelompok.
6.Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan informasi tentang pengetahuan tersebut.
TAHAP PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK
Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.
A. Coaction Paradigm
beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas
B. Audience Paradigm (passive spectators)
kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal pelajaran ditengah orang banyak.
Penelitian Robert Zajonc:
*Respon dominan
fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai
*Respon nondominan
fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai
Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)
Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
*jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses.
A. Coaction Paradigm
beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas
B. Audience Paradigm (passive spectators)
kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal pelajaran ditengah orang banyak.
Penelitian Robert Zajonc:
*Respon dominan
fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai
*Respon nondominan
fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai
Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)
Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan
Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
*jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses.
HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA DALAM TAHAP NORMING
Hubungan antar anggota ada 3, yaitu:
1.otoritas
2.hubungan komunikasi interpersonal
3.hubungan ketertarikan
^Hubungan Komunikasi Interpersonal
Dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Komunikasi dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
^Hubungan Ketertarikan
Secara pribadi adalah sesuatu yang unik dan sangat sulit diimitasi, setiap individu pun tertarik pada hal-hal yang berbeda-beda termasuk juga pada individu lainnya, dan pada saat yang sama juga menarik individu lainnya. Ketertarikan Interpersonal dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mengevaluasi individu lain dengan penilaian positif secara konsisten.
1.otoritas
2.hubungan komunikasi interpersonal
3.hubungan ketertarikan
^Hubungan Komunikasi Interpersonal
Dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Komunikasi dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif—interaktif dan menyenangkan. Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh validitas informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
^Hubungan Ketertarikan
Secara pribadi adalah sesuatu yang unik dan sangat sulit diimitasi, setiap individu pun tertarik pada hal-hal yang berbeda-beda termasuk juga pada individu lainnya, dan pada saat yang sama juga menarik individu lainnya. Ketertarikan Interpersonal dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mengevaluasi individu lain dengan penilaian positif secara konsisten.
PERAN DALAM TAHAP NORMING
Peran ada 3:
1. Perbedaan
2. Teori
3. Konflik
1.Perbedaan peran :
Task roles → tugas
Socioemotional roles → sosioemosi
2.Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
3.Konflik peran, ada 2 :
Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
sumber konflik ada 5, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
1. Perbedaan
2. Teori
3. Konflik
1.Perbedaan peran :
Task roles → tugas
Socioemotional roles → sosioemosi
2.Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive
3.Konflik peran, ada 2 :
Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
sumber konflik ada 5, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
TAHAP NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK
Tahap norming ada 3 dalam pembentukan struktur kelompok:
1. PERAN
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
2. NORMA
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
3. HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA
Otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi
1. PERAN
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.
2. NORMA
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan tindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.
3. HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA
Otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi
Langganan:
Postingan (Atom)